News

Pelabuhan Buleleng: Pelabuhan Alam Terbaik Kedua, Jadikan Living Museum

BULELENG, balitourismnow.com – Kapan terakhir berkunjung ke Pelabuhan Tua Buleleng? Kawasan Pelabuhan Tua Buleleng kini bersiap memasuki babak baru revitalisasi menyusul peresmian kembali Tempat Ibadat Tri Dharma (TITD) Ling Gwan Kiong, Jumat 8 Agustus 2025.

Bupati Buleleng I Nyoman Sutjidra mengungkapkan rencana penataan menyeluruh kawasan heritage ini senilai Rp25 miliar yang akan dimulai Februari 2026. Penataan ini dilakukan menyusul selesainya restorasi klenteng bersejarah berusia lebih dari satu setengah abad tersebut.

“Kita akan tata kawasan dari Titik Nol, Jalan Diponegoro, hingga Pelabuhan Buleleng untuk mengembalikan citra kawasan heritage tanpa menghapus jejak sejarah,” ungkap Sutjidra usai peresmian.

Revitalisasi mencakup penataan tepian Sungai Buleleng, tamanisasi, serta restorasi Museum Sunda Kecil dan bangunan kolonial yang masih tersisa.

]

BACA JUGA:  Thai Lion Air Terbang ke Bali: Penerbangan Menuju Bangkok Kini Dilayani Lima Maskapai

Pelabuhan alam terbaik kedua setelah Sabang ini, akan dikembalikan sebagai living museum yang merekam jejak zaman VOC, era kemerdekaan, hingga kontemporer.

Bupati Sutjidra menekankan sinergi antara restorasi klenteng dan revitalisasi pelabuhan. Keberhasilan pemugaran klenteng oleh umat Tri Dharma menjadi inspirasi bagi pemerintah. Filosofi “menata tanpa menghapus sejarah” akan diterapkan secara konsisten.

“Termasuk penyediaan CCTV dan penataan keamanan kawasan yang merupakan bagian dari komitmen menciptakan lingkungan nyaman bagi wisatawan,” ujarnya.

Revitalisasi ini juga untuk menyiapkan Buleleng untuk menyambut 12.000 wisatawan Taipei per tahun melalui paket charter flight mulai Februari 2026. “Pelabuhan Tua dan klenteng akan menjadi magnet utama dalam paket wisata 3 hari 2 malam.

“Bersama atraksi lumba-lumba Lovina, Kota Tua Singaraja, dan Puri Buleleng,” papar Bupati Sutjidra.

BACA JUGA:  Asia Union TCS Racing Team Bermarkas di Bali: Ajang Promosi Pariwisata

TITD Ling Gwan Kiong menjadi bagian vital dari kebangkitan Kawasan Pelabuhan Tua Buleleng. Ketua TITD Wira Sanjaya membeberkan proses restorasi selama 18 bulan dengan dana Rp3,4 miliar. 88 persen diantaranya berasal dari sumbangan umat dan simpatisan.

“Kami mengganti 90 persen struktur kecuali tembok lama. Atap, pilar soko guru, hingga ornamen menggunakan kayu merbau asal Papua untuk mempertahankan filosofi material alam,” jelas Bupati Sutjidra.

Teknologi digital diterapkan pada lukisan dinding Samkok yang dipindai ulang dan dicetak di keramik untuk memastikan preservasi jangka panjang.

Langkah revitalisasi ini menjadi penanda dimulainya era baru dimana warisan sejarah tak sekadar dilestarikan, tapi dihidupkan sebagai nadi ekonomi dan kebanggaan kolektif masyarakat Buleleng. [rls]

Shares: