DENPASAR, balitourismnow.com – Sore itu wisatawan berkumpul di Pantai Sanur, tepatnya di depan Restoran Griya Santrian Beach Resort penuh senyum gembiraa. Masing-masing dari mereka membawa “kobokan”, wadah kecil terbuat dari tempurung kelapa berisi air dan tukik, anak penyu.
Ada yang bersama pasangannya, ada pula bersama anak dan keluarganya berbaris rapi di bibir pantai berpasir putih itu. Sementara, gemericik ombak tak pernah berhenti mengiringi aktivitas peduli lingkungan itu. Ketika, aba-aba dimulai, para turis itu, kemudian melepas tukik-tukik itu.
Tepuk tangan dan sorakan para tamu itu seakan memacu anak penyu itu lebih cepat sampai di air laut. Mereka mengamati, sekaligus memberi semangat agar tukiknya melesat dan mampu mengalahkan tukik-tukik lainnya. Setelah tukik disapu air ke dalam laut, mereka bersorak senang.
Itulah suasana pelepasan tukik yang digelar Griya Santrian Beach Resort bersama bersama tamu dan komunitas peduli lingkungan bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, Minggu 17 Agustus 2025.
“Dalam HUT ke-80 Kemerdekaan RI ini, kami melepas sebanyak 80 tukik dan mengajak tamu bekerjasam dengan konservasi tukik di Sanur. Pantai Sanur memang menjadi bagian dari habitat penyu,” kata General Manager, Ida Bagus Gede Sidharta Putra disela-sela pelepasan tukik itu.
Griya Santrian Beach Resort tak hanya melepas tukik pada saat 17-an saja, tetapi melepas binatang yang bisa hidup di air dan darat itu secara reguler. “Acara ini untuk membangun sebuah responsible turis terhadap lingkungannya. Mereka ikut serta menjaga alam Bali,” terangnya.
Wisatawan yang terlibat ini, kebetulan mereka yang ikut program dinner. Dari 80 orang itu, sekitar 70 orang memang ikut dinner, dan sisanya diundang. Griya Santrian hanya menyalurkan tukik yang ada di konservasi atau yang ada dan lahir dipesisir pantai ini.
Setiap acara pelepasan tukik, wisatawa hotel sangat antusias mengikutinya. Di tahun 2025 ini saja, Griya Santrian sudah melakukan pelepasan tukik sebanyak 6 kali. Hal ini sebagai komitmen hotel dalam menjaga dan melestarikan warisan leluhur.
Gusde – sapaan akrabnya menegaskan, dari pelepasan tukik ini sesungguhnya terpenting adalah bagian dari konservasi lingkungan secara umum. Sanur ini punya tukik dengan pantai, maka kegiatan ini menjadi langka buat para tamu.
Termasuk dalam setiap perhelatan Sanur Village Festival, pelepasan tukik tak pernah absen. Festival ini mempertegas konservasi alam, sehingga lambat laun nantinya akan menjadi sebuah branding. Mereka, para tamu sudah mengatahui ada program itu melalui web dan TV hotel.
Banyak kelompok hotel melakukan hal yang sama. Namun, melihat rasio kehidupan bertahan hidupnya sangat kecil, itu karena ombak dan jebakan predator dan segalanya. Maka itu, pelepasan sebanyak tukik dilakukan sebanyak-banyaknya, sehingga rasio itu semakin besar.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Denpasar ini mengatakan, penyu itu sesungguhnya mahluk utama dalam kepercayaan Hindu di Bali. Kalau penyu masih ada, maka keberlangsungan ritual Hindu itu ada.
Dalam konsep hindu di Bali, penyu itu sebagai dasar bumi, “bedawang nala”. Konsep ini berghubungan dengan spiritualitas Sanur dan budaya. “Di laut, penyu sangat penting dalam ekosistem,” sebutnya.
Selain pelepasan tukik, Griya Santrian memiliki program menanam pohon langka untuk linmgkungan. Setiap pohon itu kemudian diisi nama tamu, sehingga mereka mengingatnya dan kembali melihatnya. Termasuk penanaman terumbu karang di laut.
Gusde mengatakan, okupansi hotel saat ini rata-rata bagus. “Sekalang ini closing 90 persen. Masih ada turis Australia, Eropa yang menghargai lingkungan. Kunjungan tahun 2024 itu paling tinggi, dan sekarang di 2025 ini sekidit stagnasi,” paparnya. [buda]


