Art & Culture

‘Gema Ombak’: Pameran Tunggal Sofiya Shukova Tentang Laut di TAT Art Space, Denpasar

DENPASAR, balitourismnow.com – Aatelier Bali, sebuah manajeman seni yang fokus pada seni kontemporer berkolabosasi dengan seniman asal Rusia, Sofiya Shukova menggelar pameran tunggal bertajuk “Gema Ombak” (Echoes of the Tide) di TAT Art Space, Denpasar.

Pameran tunggal dari Sofiya Shukova men yajkan sebanyak 21 karya ini telah dibuka pada Sabtu, 23 Agustus 2025 dan akan berlangsung hingga Minggu, 7 September 2025. Pameran Gema Ombak, menjadi bagian dari seri pameran Ocean yang dikelola oleh Aatelier Bali

“Gema Ombak membalik citra romantis pesan dalam botol. Alih-alih pesan cinta dan perpisahan, lautan kini mengirimkan serpihan-serpihan dari kelalaian kita, seperti jaring ikan dibiarkan hanyut, mainan dibuang dari tangan anak-anak, atau bahkan sol sepatu bekas,” kata Alvita pendiri Aatelier Bali disela-sela pembukaan pameran, Sabtu 23 Agustus 2025.

Dalam karyanya, He, Her, lanjur Alvita, seniman Sofiya menjahit jaring bekas menjadi bentuk seorang nelayan dan istrinya, di mana kehidupan mereka terjalin dengan plastik yang mengancam masuk ke dalam rahim sang istri.

BACA JUGA:  Pentaskan ‘Megatru’, Teater Legion 28 Tasikmalaya Meriahkan Festival Seni Bali Jani

Lalu, pada karya seni rupa berjudul Oyster Baby, bentuk-bentuk janin bersarang di dalam cangkang tiram, menggemakan penelitian ilmiah yang mengungkapkan bagaimana mikroplastik masuk ke dalam kehidupan bahkan sebelum bayi dilahirkan.

Lalu, karya Shot melucuti pistol mainan plastik yang ditemukan di Pantai Nyanyi, mengubahnya menjadi simbol penolakan terhadap kekerasan dan polusi. Setiap karya adalah pesan yang terdampar di pantai, bukan hanya sekedar sampah, tetapi kesaksian.

Alvita mengatakan, dirinya memilih seniman Sofiya Shukova bukannya tanpa alasan. Sofiya Shukova merupakan seniman kelahiran Moskow, menjembatani ilmu pengetahuan dan seni dalam praktik karyanya.

Alvita dan Sofiya Shukova saat memaparkan pameran “Gema Ombak” di TAT Art Space, Denpasar/Foto: buda

Ia meraih gelar MSc di bidang Konservasi dan Perdagangan Satwa Liar Internasional dari Durrell Institute of Conservation and Ecology, University of Kent (Inggris), dan gelar BA di bidang Arsitektur dari ENSAPLV, Paris.

BACA JUGA:  Bali Rok n’ Blus Festival Meriahkan Sanur Village Festival 2025

Kombinasi langka antara ilmu ekologi dan pelatihan arsitektur ini mendasari karyanya dengan observasi yang cermat. Latar belakang interdisiplinernya telah memenangkan pengakuan internasional.

Pada tahun 2019, ia dinobatkan sebagai Pemenang dalam kategori “Human Impact” di David Shepherd Wildlife Foundation’s Wildlife Artist of the Year, salah satu kompetisi seni satwa liar paling dihormati di dunia.

Sebelumnya, karya-karya Sofiya juga telah dipamerkan secara internasional, termasuk di ArtScience Museum (Singapura, 2023) dengan patungnya, Hypocrisy, yang membahas tentang erosi budaya dan keruntuhan ekologi.

Sofiya Shukova mengaku senang berkolaborasi dengan Aatelier Bali dan bisa berpameran di Bali. Kali ini memngangkay laut, dan lautan sering disebut sebagai obat, menyembuhkan orang dengan cara yang tidak selalu dilihat.

BACA JUGA:  Bali Royal Chili Festival 2025: 70 Sambal Kerajaan dari 9 Puri di Bali

“Saya berharap pameran ini membangun kesadaran kolektif yang lebih besar, sehingga kita dapat membuat pilihan yang lebih baik untuk melindungi laut. Bersama-sama, karya-karya ini bertanya, cerita apa yang kita kirimkan ke masa depan melalui apa yang kita tinggalkan?” ucapnya.

Alvita kemudian menambahkan, pameran seni ini dikelola oleh Aatelier Bali, sebuah platform yang didedikasikan untuk mendukung seniman muda dan baru di Indonesia. Didirikan dengan keyakinan bahwa seni harus dapat diakses dan terlibat secara sosial, Aatelier menghubungkan seniman dengan audiens sekaligus memupuk kolaborasi yang melampaui dinding galeri.

Seri pameran OCEAN-nya mengeksplorasi hubungan antara kreativitas dan tanggung jawab lingkungan, memperkuat suara-suara yang berbicara tentang isu-isu ekologi. “Ini adalah ketiga kalinya kami mengusung tema laut. Rasanya ini adalah cara saya dapat berkontribusi pada dua hal yang saya cintai: seni dan laut,” sebutnya.

Pameran seperti ini memungkinkan Aatelier Bali untuk menciptakan ruang bagi seniman untuk berbicara dengan kuat, sambil mengingatkan kita pada ekosistem yang menopang kita. Kepedulian terhadap lingkungan adalah isu universal yang melampaui batas-batas negara,” pungkas Alvita. [buda]

Shares: