DENPASAR, balitourismnow.com – Art space ARTOTEL Sanur – Bali, kali ini memajang karya-karya unik perupa muda bernama Sakde Oka. Gadis kreatif asal Banjar Katik Lantang, Desa Singakerta Kecamatan Ubud, Kabupate Gianyar – Bali itu menyajikan belasan karya dibuat antara tahun 2024 – 2025.
Karya-karyanya memang tak biasa. Sakde Oka bukan menyajikan keindahannya saja, tetapi makna yang ditawarkan dalam setiap karya. Baik itu tentang ide, warna, media, objek serta makna yang terselit dalam setiap karya itu begitu menyentuh.
“Pameran bertajuk “Voyage of Becoming” ini, adalah gambaran perjalanan dari seniman Sakde Oka, hingga terwujud karya-karya yang dipamerkan ini. Kami senang berkolaboradi dengan seniman muda,” kata General Manager ARTOTEL Sanur – Bali, Agus Ade Surya Wirawan saat membuka pameran, Jumat 12 September 2025.
Saat itu, Agus Ade Surya Wirawan didampingi Marcom & Creative Manager of Artotel Sanur Bali, Nimas Ayu Inawati serta Perupa Sakde Oka, Curatorial Text Wicitra Pradnyaratih dan Ida Bagus Putra Wira Adnyana dari Senidibali & Studio Nutur.
Dalam karyanya, Sakde Oka menanam benih ide melalui benang, lalu merangkum emosinya dalam jalinan sulaman, dan menceritakan perasaannya di setiap tusukan benang yang sangat detail dan bermakna. Ide itu dituangkan pada berbagai media, seperti kanvas, katun dan lainnya.
“Meski karya seni ini dilakukan dengan teknik menyulam, tetapi dalam proses pembuatannya tetap diawali dengan menggores atau membuat sket, lalu diselesaikan dengan teknik sulam,” ucap gadis yang lahir tahun 1994 itu.
Sakde Oka mengaku, ia merangkum perjalanan personal dan artistiknya mendalami serta merefleksikan diri, baik secara internal maupun eksternal. Melalui eksplorasi transformatif ini, ia mengeksplorasi hubungan antara dirinya dengan lingkungan sekitar.
Termasuk hubungan alam dan semesta secara menyeluruh. Semua itu diwujudkan dalam karya seni rupa dengan teknik sulam. Ketekunan dan kesabarannya dalam menyulam benang itu, menjadi ruang untuk berefleksi, menenun intuisi, dan menggali kembali gagasan-gagasan yang lebih jujur.
“Menyulam benang menjadi sebuah praktik yang menyatukan otak dan pikiran, jiwa dan perasaan. Proses menyulam, keterikatan kain dan benang layaknya jiwa yang tidak dapat terlepas dari raga, dan juga sebaliknya. Maka, karya-karya itu bersifat personal, intuitif, dan penuh makna,” sebutnya.
Karya-karyanya kaya akan bahasa visual yang metaforis dan reflektif yang mengajak semua orang menyadari, bahwa menjadi manusia tidak luput dari keterhubungan dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan dengan semesta yang lebih besar dari manusia.
Tiga karya dalam ukuran kecil tepat berada di depan lobby hotel, yaitu karya Here I Sit Beneath the Tree, karya Feeding Myself with Memories dan karya Until I Swim Into Infinity of Mysteries dengan media Cat akrilik,benang di atas kain kanvas merupakan tiga rangakain visualisasi puisi.
Setiap baris dari puisi itu menjadi karya lukisan. “Dalam setiap barisnya itu, sebenarnya tentang introspeksi diri, dan momen untuk repleksi. Artinya, semua karya itu tentang memori. Saya buat pusisi sendiri, lalu diterjemahin ke dalam karya seni,” akunya polos.
Seri Symphony of Rain menjadi titik awal menuju proses eksperimentasi ini. Ia mulai melepaskan konstruksi konseptual dari karya sebelumnya, seperti dalam The Unbinding, sebuah karya yang merepresentasikan symbol pelepasan, sebagai jalan menuju pembaruan dan keterbukaan personal dalam proses berkarya.
Pilihan latar abu dalam karya-karyanya bukanlah kebetulan, melainkan keputusan artistik yang secara sadar dipilih oleh Sakde. Warna abu menjadi simbol kesederhanaan yang mereduksi lanskap visual, memungkinkan elemen-elemen utama dalam karya tampil lebih jujur dan intim.
Dalam karya The Inner Pruner, benang di atas kain katun sebagai gambaran kedekatan Sakde dengan identitas kulturalnya membawa pemikiran di bawah sadarnya kedalam nilai-nilai Hindu Bali dalam karyanya.
Dalam The Inner Pruner, ia menmggunkan ojek 6 wajah yang tidak sama, seperti ada menangis, senih, senang, gembira dan lainnya. Keenam wajah itu sebagai simbolisasi dari Sad Ripu, 6 (enam) musuh dalam diri manusia.
Di setiap ranting itu, ada tindakan pemotongan yang menjadi indikator untuk mengendalikan sifat-sifat negatif tersebut agar dapat memberikan ruang untuk pertumbuhan baru, menjadi tunas baru. [buda]


