DENPASAR, balitourismnow.com – Perayaan World Angklung Day 2025 di Provinsi Bali sebagai ruang kreatif yang mampu menjembatani tradisi dan inovasi dalam diplomasi budaya dunia. Buktinya, angklung disajikan membawakan lagu-lagu daerahaserta lagu-lagu barat.
Perayaan ini digelar Pemerintah Provinsi Bali bersama para seniman, budayawan, dan komunitas seni dengan menghadirkan kolaborasi spesial dari Karang Taruna Darma Bakti Kelurahan Renon bersama Sanggar Seni Nara Iswara Renon.
Mereka membawakan repertoar musik angklung berupa lagu-lagu daerah sebagai simbol persatuan dan harmoni bangsa, serta lagu-lagu barat sebagai representasi bahwa angklung bambu Bali mampu mengglobal dan diterima di panggung internasional.
Angklung bambu Bali tidak hanya berdendang sebagai simbol tradisi, tetapi juga mampu menembus batas global. Acara diisi workshop angklung oleh seniman asal Renon, I Gede Suweca memaonkan angklung bambu itu.
Dalam waktu beberapa menit, Suweca, mengajak peserta memainkan angklung untuk memahami teknik permainan, kreativitas musikal, serta filosofi angklung sebagai simbol harmoni antar manusia.
“Melalui Perayaan World Angklung Day 2025 ini, Bali ikut mengangklungkan dunia dan menduniakan angklung,” kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha disela-sela perayan yang diegalar di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Minggu 16 November 2025.
Perayaan ini menegaskan angklung sebagai warisan dunia yang terus bergetar, bukan hanya di Nusantara, tetapi juga di panggung internasional. Instrumen bambu ini telah tercatat sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO sejak 16 November 2010.
Peringatan ini menjadi momentum strategis untuk merawat identitas, memperkuat harmoni sosial, sekaligus membangkitkan kepedulian generasi muda terhadap kesenian tradisional.
Saba Pamutus Majelis Kebudayaan Bali (MKB), Prof. Dr. I Made Bandem menyebut, perayaan ini lebih dari sekadar menikmati bunyi bambu. “Kita merayakan sawah-sawah di kampung Nusantara melalui instrumen angklung. Angklung suara doa untuk Dewi Sri dan Dewi Padi,” tegasnya.
Bandem menjelaskan bahwa disiplin sosial dan kebersamaan adalah inti filosofi angklung. “Satu orang memegang satu nada. Ketika dimainkan bersama, barulah tercipta sebuah lagu. Inilah harmoni budaya yang diakui dunia,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa angklung memiliki jejak sejarah panjang—dari Bandung, Bali, Jawa Timur hingga berbagai daerah lain—dan kini menjadi bukti bahwa budaya Indonesia tercatat kuat di tingkat internasional. “Kita belajar dari seikat angklung bahwa budaya kita telah mendapatkan pengakuan global,” katanya.
Peringatan World Angklung Day 2025 di Bali meneguhkan peran Pulau Dewata sebagai ruang kreatif yang mampu merawat tradisi sekaligus menjadi jembatan diplomasi budaya dunia. Angklung kembali berdenting, membawa pesan harmoni dari Indonesia untuk seluruh umat manusia. [buda]


