MANGUPURA, balitourismnow.com – Biasa jalan-jalan di Canggu? Di tengah riuhnya deru skuter, aroma kopi, dan denyut kehidupan Canggu yang tak pernah berhenti, Hotel Sages menghadirkan sesuatu yang jarang ditemukan, yakni sebuah jeda yang sesungguhnya.
Setiap detail properti butik ini dirancang dengan kesadaran dan niat, menciptakan ruang tenang bagi mereka yang mencari keseimbangan. Musim ini, filosofi tersebut semakin diperdalam melalui The Stillness Retreat.
“The Stillness Retreat menjadi sebuah pengalaman tiga hari yang benar-benar memperlambat langkah, melunakkan pikiran dan menuntun kami untuk kembali pada diri mereka sendiri,” ujar Erniwati, seorang wiatawan asal Surabaya, Jumat 28 November 2025.
The Stillness Retreat bukan berlokasi di tengah sawah atau hutan Bali, tetapi justru berlangsung di jantung kehidupan Canggu yang dinamis. Di sini, keheningan bukan berarti mengasingkan diri, melainkan belajar menemukan ketenangan di tengah hiruk pikuk kehidupan.
Di dalam halaman yang teduh dan ruang bernuansa hangat milik Hotel Sages, ketenangan dipupuk melalui ritual penuh kesadaran, tradisi budaya, serta aktivitas kreatif yang menenangkan sekaligus tak terduga.
Retret dimulai dengan simbolis — sebuah check-in dalam keheningan, di mana para tamu diajak menyingkirkan ponsel dan meninggalkan sejenak dunia luar. Ritual penyucian air membuka perjalanan ini, untuk melepaskan distraksi dan hadir sepenuhnya pada momen kini.
Sebagai pengingat akan kehadiran dan rasa memiliki, setiap tamu menerima batu penyeimbang dan gelang buatan tangan. Sore hari berlanjut dengan lingkaran sambutan dan sesi teh dalam cahaya lilin, di mana keheningan menjadi sesuatu yang dibagikan bersama.
Saat matahari perlahan tenggelam, para tamu akan memasuki malam penuh ketenangan yang membangkitkan indera. Sebelum menikmati makan malam nabati bergaya liwet yang disajikan komunal, peserta dibimbing dalam Floating Sound Bath di bawah bintang.
Ini pengalaman meditasi mendalam yang mengajak tubuh melepaskan ketegangan dan pikiran berlabuh dalam keheningan. Mengapung di air hangat dengan getaran suara lembut, para tamu dipersiapkan untuk perjalanan batin, penyelarasan pikiran dan awal dari hari suci penuh diam.
Dentingan lonceng menutup hari pertama, mengantar malam menuju ketenangan. Lalu, hari kedua sepenuhnya didedikasikan untuk keheningan.
Saat fajar menyapa, peserta akan memulai hari dengan yoga Hatha yang lembut dan latihan pranayama untuk membuka hati dan menenangkan sistem saraf.
Sarapan menjadi bentuk meditasi — setiap suapan dari hidangan bernutrisi disiapkan dengan penuh kesadaran. Sepanjang pagi, para tamu bebas menulis jurnal, melukis, atau mengeksplorasi terapi seni neurografik—pendekatan intuitif mendorong pelepasan emosi dan aliran kreativitas.
Dalam keheningan ini, mereka diajak mendengarkan suara hati terdalam dan menemukan keindahan yang lahir dari diam. Momen sempurna untuk menulis surat cinta bagi diri sendiri, disegel dan disimpan untuk dibuka di masa mendatang.
Menjelang siang, para tamu akan menikmati santapan sunyi berbasis alkali, kaya akan sayuran akar dan herbal penyeimbang.
Keheningan mengalir lebih dalam melalui serangkaian ritual penyembuhan: pijat tradisional Bali, rendaman bunga untuk kaki, hingga terapi kontras antara cold plunge dan jacuzzi yang menghadirkan sensasi pasrah total dan penyelarasan tubuh serta pikiran.
Malam menjelang, suasana menjadi semakin hening dan lembut dengan sesi yoga Yin, memperdalam rasa diam dan melunakkan waktu.
Makan malam berlangsung dalam suasana tenang dan penuh kesadaran, diakhiri dengan upacara penyucian Aghni, ritual api yang mengundang peserta menuliskan niat untuk dilepaskan ke dalam api, simbol pembebasan dari hal-hal yang tak lagi dibutuhkan.
Dentingan lonceng kembali terdengar, menandai akhir hari kedua dan membawa keheningan meresap semakin dalam.
Pagi terakhir dibuka dengan meditasi pancaindra terpandu, perlahan membangunkan penglihatan, pendengaran, dan sentuhan saat peserta kembali ke dunia bersuara. Sarapan terasa hangat dan bersahaja, disertai percakapan ringan, untuk pertama kalinya setelah dua hari penuh diam.
Menjelang akhir retret, para tamu berkumpul dalam lingkaran penutupan penuh makna untuk refleksi, rasa syukur dan berbagi pengalaman. Dalam percakapan lembut dan kehadiran penuh kesadaran, menjadi penghormatan bagi transformasi pribadi dan keheningan yang telah tumbuh di dalam diri.
Retret ditutup dengan doa perpisahan dan cenderamata simbolis, pengingat untuk membawa energi pelepasan, pembaruan, dan kedamaian batin ke kehidupan di luar Hotel Sages.
The Stillness Retreat bukan tentang menjauh dari dunia, melainkan tentang kembali dengan kejernihan baru. Retret ini merefleksikan filosofi inti Hotel Sages, bahwa kesejahteraan sejati melampaui sekadar kemewahan.
Dari spa dan sauna hingga cold plunge dan Floating Sound Bath yang menjadi favorit, Hotel Sages terus menghadirkan pengalaman yang selaras bagi wisatawan internasional dan komunitas kreatif Bali.
Melalui The Stillness Retreat, Hotel Sages kembali menegaskan esensinya, yakni tempat untuk berhenti sejenak, menyambung kembali dengan diri, dan menghormati kekuatan keheningan, bahkan di tengah pusat kehidupan Canggu yang penuh energi.
Hotel Sages juga akan memperkenalkan The Sages Supper Club, rangkaian makan malam hasil kolaborasi dengan koki dan mixologist ternama. Didesain untuk tamu dalam jumlah terbatas, malam-malam ini memadukan cita rasa kuliner, kisah, dan pertunjukan setelah hidangan terakhir. [buda]


