BULELENG, balitourismnow.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengaktifkan Posko Terpadu Kesiapsiagaan Bencana di Tugu Tri Yudha Sakti, Kelurahan Sukasada.
Langkah mengaktifkan Posko ini tentu memberikan rasa aman bagi wisatawan yang ingin berwisata ke daerah Bali Utara saat libur Hari Raya Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru). Buleleng menawarkan destinisi menarik dan memiliki seni budaya yang memikat.
Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra didampingi jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan kepala perangkat daerah terkait meninjau kesiapan dari Posko Terpadu tersebut untuk memastikan kesiapannya, Selasa 16 Desember 2025.
Bupati Sutjidra mengatakan, pembentukan Posko Terpadu ini merupakan langkah antisipatif menyeluruh. Dengan topografinya, Buleleng dikenal sebagai wilayah yang rawan terhadap berbagai bencana alam.
Oleh karena itu, selain untuk tujuan pengamanan hari raya Nataru, posko ini utamanya berfungsi sebagai garda terdepan dalam kesiapsiagaan dan penanganan darurat bencana.
“Kita berdoa mudah-mudahan tidak ada bencana. Walaupun kita buat posko, ini untuk mengantisipasi bilamana ada hal-hal yang terjadi. Dari sini kan lebih cepat,” ujar Bupati Sutjidra di lokasi posko itu.
Pemilihan lokasi di Tugu Tri Yudha Sakti, Kecamatan Sukasada, bukan tanpa alasan. Titik tersebut sangat strategis karena berada di wilayah yang sering mengalami kejadian bencana seperti banjir, longsor, dan pohon tumbang.
Posisinya dianggap mampu menjangkau dan merespon kejadian dengan cepat, baik untuk wilayah di bagian timur maupun barat.
“Dari sini masing-masing kecamatan sudah ada komunikasi. Bahkan ini ada kondisi real time dari BMKG. Jadi di mana-mana yang harus diantisipasi, ini yang paling penting,, ungkap Bupati Sutjidra.
Jika suatu bencana terjadi, posko ini akan langsung berfungsi sebagai pusat komando koordinasi darurat. Keberadaan perwakilan dari berbagai instansi atau lembaga di satu tempat akan mempermudah dan mempercepat komunikasi serta mobilisasi sumber daya.
Misalnya, jika diperlukan alat berat dari Dinas PU atau tim medis dari Dinkes, permintaan dapat langsung dikoordinasikan di tempat. “Saya harap, kesiapan dan koordinasi yang telah dibangun, seluruh masyarakat Buleleng dapat menyambut perayaan Nataru dengan tenang dan aman.
Sekaligus lebih siap menghadapi segala kemungkinan gangguan dari alam. “Kami sudah lihat kesiapannya. Dan mudah-mudahan tidak ada hal-hal yang kita tidak inginkan. Cuma kita harus siaga,” ungkapnya.
Kepala Pelaksana BPBD Buleleng, I Gede Suyasa memaparkan, secara operasional, Posko Terpadu ini melibatkan 13 instansi atau lembaga terkait. Personel antara lain Polri, Damkar, Satpol PP, Dinas Kesehatan, Koramil, PMI, Kesbangpol, dan BPBD sendiri.
Setiap hari, posko akan dijaga oleh 36 personel yang terbagi dalam tiga shift. “Satu hari satu instansi minimal menyiapkan tiga orang. Jadi total ada 36 orang di dalam satu hari. Penjaga per shift-nya 13 orang,” paparnya.
Operasi posko tidak hanya bersifat reaktif menunggu bencana, namun lebih pada tindakan pencegahan dan mitigasi dini. Mekanisme utamanya adalah dengan menyebarluaskan informasi peringatan dini dari BMKG melalui berbagai kanal komunikasi yang telah terbentuk.
Terdapat grup whatsapp Camat Tangguh Bencana, BPBD Media, dan grup Satgas Terpadu. Dari sana informasi diteruskan ke pimpinan perangkat daerah lalu ke komunitas dan masyarakat. Termasuk melalui media sosial BPBD dan media massa.
“Dengan demikian, publik dapat mendapatkan informasi cepat tentang potensi curah hujan tinggi atau wilayah rawan,” ujar Suyasa seraya mengatakan Posko Terpadu ini beroperasi mulai 16 Desember 2025 hingga 4 Januari 2026. [rls]


