Art & Culture

Uluwatu Handmade Balinese Lace: Perayaan Perjalanan Panjang Menjaga dan Mengembangkan Seni Lace Tradisional Bali

DENPASAR, balitourismnow.com – Fashion Uluwatu Handmade Balinese Lace yang berlangsung di The Meru, Bali, Jumat 19 Desember 2025 sungguh memikat. Para model tak hanya menampilkan berbagai desain busana yang kreatif dan indah, tetapi juga memikat.

Pasalnya, para model itu memnperagakan berbagai desain khas dibalut dengan gerakan seperti menari, juga gaya sehari-hari penuh ekpresi, lebih fungsional dan partisipatif. Apalagi didukung dengan degup music dan kilauan sinar lampu, menjadikan sebuah pertunjukan budaya menarik.

Para model itu menampilkan karya-karya terbaru dari Uluwatu Handmade Balinese Lace yang memadukan warisan budaya dengan sentuhan interpretasi modern. Walau terkesan baru, namun kekahasannya masih tampak dalam setiap desainnya.

Ketua Dekranasda Bali Putri Suastini Koster mengapresiai acara tersebut. Semua itu karena dilakukan dengan konsisten dalam menjaga kualitas produk sejak awal berdiri. Maka, masyarakat Bali dan Indonesia diajak mencintai serta mengenakan karya anak bangsa sendiri.

BACA JUGA:  Jia CURATED 2025: Bali sebagai Episentrum Kreativitas Global

“Uluwatu adalah salah satu brand yang mampu bertahan dengan kualitas yang tidak berubah dari dulu sampai sekarang. Orang Bali seharusnya mengenal dan memiliki koleksi Uluwatu, karena ini adalah karya kita sendiri,” ungkap Putri Suastini Koster senang.

Uluwatu Handmade Balinese Lace didirikan, berawal dari kecintaannya terhadap kerawal, teknik lace khas Bali yang dikerjakan sepenuhnya dengan tangan. Sampai saat ini, Uluwatu konsisten memberdayakan ratusan perajin di Kabupaten Tabanan.

“Fesyen Uluwatu Handmade Balinese Lace ini sebagai wujud perayaan perjalanan panjang hampir lima dekade dalam menjaga dan mengembangkan seni lace tradisional Bali,” kata pendiri Uluwatu Handmade Balinese Lace, Ni Made Jati dalam sambutannya.

Proses produksi berkelanjutan, beretika, dan selaras dengan alam yang membuat produk Uluwatu masih menjadi tren dikalangan penggemar fashion. Hal itu sudah menjadi komitmen menjaga kelestarian budaya sekaligus membuka ruang penghidupan bagi masyarakat lokal lintas generasi.

BACA JUGA:  Digelar Tiga Hari, Bali Summer Fashion Week 2024 Libatkan 35 Designer, 300 Karya Design dan 150 Model

“Setiap busana diproduksi melalui proses yang detail dan berlapis, membutuhkan waktu berhari-hari hingga berminggu-minggu, sehingga setiap karya tidak sekadar menjadi produk fesyen, melainkan karya seni bernilai tinggi,” ungkap Made Jati ramah.

General Manager Uluwatu Handmade Balinese Lace sekaligus Music Director acara, Handoko Lauw memaparkan, fashion show kali ini mengusung tajuk “Lace the Legacy”, yang menggambarkan perjalanan filosofi Uluwatu Handmade Balinese Lace dari masa ke masa.

Melalui fashion show, kami mengajak para hadirin untuk menyelami kisah Uluwatu Handmade Balinese Lace dari masa ke masa melalui tayangan visual sebelum koleksi ditampilkan di atas panggung,” ungkap Handoko Lauw.

Handoko Lauw kemudian menambahkan, kegiatan ini sekaligus menjadi momentum untuk mendefinisikan kembali identitas Uluwatu. Karena itu, dalam acara itu, Uluwatu juga meluncurkan lini baru bertajuk MG by Uluwatu List menyasar generasi muda, khususnya Gen Z.

BACA JUGA:  ‘Botol Lupa Tutupnya’: Karya Seni Perupa Oka Astawa Terinspirasi Sampah di Pantai Pangkung Tibah

Menarik dari produksi Uluwatu, yakni seluruh proses dikerjakan secara dengan tangan mulai dari desain, pembuatan pola, hingga pengerjaan akhir, termasuk untuk busana custom seperti gaun pengantin. “Saat ini, Uluwatu telah menembus pasar ekspor Australia,” sebutnya.

Melalui peragaan busana ini, lanjut Handoko Lauw, Uluwatu Handmade Balinese Lace menegaskan komitmennya untuk terus menjaga warisan lace Bali sekaligus beradaptasi dengan perkembangan zaman, agar tetap relevan dan lestari hingga generasi berikutnya.

“Koleksi MG by Uluwatu menampilkan sekitar 30 varian busana dengan konsep lebih ringan, berwarna, dan mengedepankan kebebasan berekspresi. Seluruh desain tetap dikerjakan secara handmade, namun dengan pendekatan yang lebih modern dan kasual sebagai pintu masuk pasar generasi muda,” pungkasnya. [buda]

Shares: