Hotel

Melampaui Garis Finish: Saat ‘Run for Hope’ Menjadi Nyata di Pelukan Anak-Anak Gianyar

GIANYAR, balitourismnow.com – Garis finish pada lomba lari, biasanya menandakan akhir dari sebuah perjuangan fisik. Namun, berbeda dengan  Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badan Pimpinan Cabang (BPC) Gianyar.

Garis finish Ubud Run Day yang digelar pada 13 Desember 2025 lalu, justru menjadi awal dari sebuah perjalanan kemanusiaan yang lebih dalam. Solidaritas, empati, dan perjuangan bersama untuk sebuah tujuan mulia.

Ajang lari dengan tema “Run for Hope”, semangat untuk memberi harapan tidak berhenti saat medali dikalungkan, melainkan berlanjut hingga ke pintu-pintu yayasan tempat cahaya harapan itu dirawat setiap harinya.

Tim Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badan Pimpinan Cabang (BPC) Gianyar turun ke jalan, Selasa 30 Desember 2025. Kali ini bukan berlari, melainkan bersilahturahmi dan menyampaikan amanah kasih kepada tiga yayasan utama.

BACA JUGA:  ‘Balinese Night Buffet’: Cita Rasa Bali Setiap Kamis di Fairfield by Marriott Bali, South Kuta

“Tim ini bersilahturahmi dengan Yayasan Taman Permata Hati, Yayasan Widya Guna Bali dan Yayasan Bhakti Senang Hati sebagai bagian dari kesuksesan Ubud Run Day,” kata Ketua PHRI Gianyar, Gede Karilo disela-sela kegiatan sosial itu.

Kehangatan di Taman Permata Hati

Perhentian pertama adalah Yayasan Taman Permata Hati di Nyuh Kuning, Mas, Ubud, Gianyar. Pagi itu, suasana begitu hidup; aroma masakan tercium dari dapur tempat anak-anak yang lebih tua sedang sibuk menyiapkan makanan.

Sambutan hangat dari Mama Ayu, seorang mantan hotelier yang kini mengabdikan hidupnya untuk mendidik anak-anak ini, mencairkan suasana di aula yang dipadati siswa SD hingga SMP.

Di sini, tim PHRI tidak hanya memberikan donasi, tetapi juga membagikan “bekal hidup” melalui wejangan tentang pentingnya mempergunakan kesempatan belajar dengan sebaik-baiknya.

BACA JUGA:  PHRI Gianyar Bangkitkan Sport Tourism dengan ‘Ubud Run Day 2025’

Ada rasa haru saat tim menyampaikan terima kasih atas antusiasme anak-anak yang sebelumnya telah menyemangati para pelari dengan tarian dan kostum bojog mereka.

Di tempat ini, harapan bukan sekadar kata, melainkan tindakan nyata yang dimasak di dapur dan dipelajari di dalam kelas.

Menari dalam Keberagaman di Widya Guna Bali

Perjalanan berlanjut ke Bedulu, Blahbatuh menuju Yayasan Widya Guna Bali. Di sana, keterbatasan fisik dan mental seolah lebur dalam kegembiraan. Anak-anak penyandang autisme, down syndrome, hingga kelumpuhan.

Anak-anak ini menyambut tim dengan tarian dan nyanyian yang penuh energi. Pemandangan indah terlihat saat para donatur mancanegara dan mahasiswa dari Belanda ikut berbaur, menari bersama anak-anak dan tim PHRI.

BACA JUGA:  Sanctoo Suites & Villas Menerima Penghargaan Super Platinum 2024

Bapak Ketut dan Ibu Nyoman, sang pengelola, menceritakan yayasan ini menjadi rumah bagi sekitar 40 penyandang disabilitas dari berbagai pelosok Bali. Bagi orang tua mereka, yayasan ini adalah jembatan agar anak-anak mereka tetap memiliki kegiatan dan masa depan.

Penyerahan donasi di sini terasa seperti pengakuan bahwa setiap nyawa, bagaimanapun kondisinya, layak untuk dirayakan.

Senyum Masa Tua di Bhakti Senang Hati

Perjalanan kasih ini ditutup di Yayasan Bhakti Senang Hati yang berlokasi di Desa Siangan, Gianyar. Di sini, tim bertemu dengan para penyandang disabilitas yang sebagian besar sudah lanjut usia. Meski raga tak lagi muda, semangat mereka menyambut tamu tidak pudar.

Bapak Nyoman, sang pendiri, mengungkapkan rasa terima kasihnya karena melalui kegiatan ini, keberadaan mereka semakin dikenal oleh publik. PHRI BPC Gianyar pun menyampaikan rasa hormat terdalam atas partisipasi luar biasa yang telah diberikan oleh para lansia ini.

BACA JUGA:  The Galactic Voyage 2025: Petualangan Galaktik Penuh Keindahan di Pullman Bali Legian Beach

Gede Karilo mengatakan, “Run for Hope” telah menuntaskan misinya untuk sesi ini, namun jejak kebaikan yang ditinggalkan di sepanjang jalan Ubud hingga Gianyar akan terus berbekas.

“PHRI BPC Gianyar telah membuktikan bahwa pariwisata bukan hanya soal keindahan alam, tetapi tentang bagaimana kita menjaga martabat dan harapan bagi mereka yang paling membutuhkan di sekitar kita,” ucapnya.

Gede Karilo kemudian mengatakan, semoga langkah ini terus berlanjut, karena harapan tidak pernah memiliki garis finish yang statis. [buda]

Shares: