BANGLI, balitourismnow.com – Desa Wisata Panglipuran, Kabupaten Bangli – Bali menjadi tujuan kunjungan para delegasi forum internasional Culture, Heritage, Art, Narrative, Diplomacy and Innovation (CHANDI), Jumat 5 September 2025.
Gelaran yang diinisiasi oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia pada hari ketiga itu mengajak para delegasi internasional dan nasional berkeliling desa adat yang terkenal sebagai salah satu desa terbersih di dunia.
Kunjungan dipandu oleh pemandu lokal, dengan rute mulai dari area desa adat hingga berakhir di Bamboo Forest yang menjadi ikon Desa Panglipuran. Para peserta didampingi oleh Liaison Officer (LO) masingmasing negara selama kegiatan berlangsung.
Salah satu peserta yang hadir, Charge d’Affaires Kedutaan Besar Albania di Jakarta, Nikson Ballço, mengungkapkan kekagumannya atas pengalaman perdananya berkunjung ke Panglipuran.
Nikson Ballço mengaku, kunjungan ke Penglipuran ini sungguh pengalaman yang sangat menyenangkan. Desa ramah lingkungan ini sangat bagus untuk kesehatan mental, berbeda dengan gaya hidup modern yang keras di banyak kota Eropa.
“Saya merasa mendapat banyak wawasan baru di sini. Desa ini menjunjung tinggi budaya tradisional, dengan keseharian yang unik dan berbeda dari peradaban bangsa lain. Saya pikir semua orang harus melihat Desa Panglipuran untuk merasakan pengalaman berharga yang saya dapatkan di sini,” ungkap Nikson Ballço.
Nikson Ballço juga mengungkapkan kekagumannya terhadap lanskap Desa Panglipuran yang dikelilingi pohon bambu.
“Senang sekali melihat desa yang dikelilingi bambu, bagi saya seperti surga. Budayanya otentik, berbeda dengan apa yang kami temui di Eropa. Saya sangat terkesan, ini pasti akan menginspirasi masyarakat di negara saya,” ungkapnya.
Selain peserta internasional, apresiasi juga datang dari peserta dari dalam negeri. Sekretaris Dinas Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah, Rachman, yang turut serta dalam rombongan, menilai Desa Panglipuran sebagai model nyata dari pelestarian budaya yang berpadu dengan kearifan lokal.
“Saya melihat Desa Panglipuran bukan hanya sebagai destinasi wisata, tetapi juga sebagai contoh nyata bagaimana masyarakat menjaga harmoni antara tradisi, lingkungan, dan kehidupan modern,” tuturnya bangga.
Nilai-nilai tersebut, lanjut Rachman, penting untuk dibawa pulang ke daerah masing-masing oleh peserta dari luar Bali, termasuk ke Sulawesi Tengah. “Agar warisan budaya tetap lestari sekaligus memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat,” tutupnya.
Kunjungan ke Desa Wisata Panglipuran menjadi salah satu rangkaian penting dari CHANDI 2025, karena mencerminkan praktik nyata diplomasi budaya Indonesia melalui pengalaman langsung khususnya kepada delegasi internasional tentang budaya berkelanjutan yang ramah lingkungan. [rls]


