GIANYAR, balitourismnow.com – Setelah berlangsung selama empat hari, perayan mode bertajuk Bali Fashion Trend (BFT) akhirnya ditutup, Minggu 21 Desember 2025. Ajang ini terselenggara atas kerjasama Indonesian Fashion Chamber (IFC) Denpasar Chapter dan Onyx Park Resort.
Fashion yang mengusung tema besar “Beyond Beauty” semakian atraktif saja. Koleksi busana, aksesori, dan tas yang sajikan dengan trend. Apalagi, runway (catwalk) jaraknya sedikit panjang, sehingga pengunjung lebih lama dapat menyaksikan berbagai koleksi baru itu.
Karya desain dari mahasiswa Program Studi (Prodi) Desain Mode Institut Seni Indonesia (ISI) Bali tampil perdana di hari keempat pelaksanaan Bali Fashion Trend, Minggu 21 Desember 2025. Mereka menampilkan koleksi Ready to Wear Deluxe bertajuk “12.03.12”.
Namun tema besar yang diangkat adalah “Diversity of Indonesia”. Koleksi ini menandai perjalanan Prodi Desain Mode ISI Bali yang berdiri pada 12 Maret 2012, sekaligus menjadi simbol kesinambungan antara tradisi dan inovasi.
“Prodi Desain Mode ISI Bali, setiap tahun selalu mengeluarkan koleksi dari mahasiswa yang fokus pada tradisi dan budaya yang selalu ada pada setiap koleksinya. Maka kekuatannya ada pada budaya itu,” kata dua mahasiswi sebagai perwakilan ISI Bali.
Ada sebanyak 16 tampilan womenswear dan menswear yang diperagakan dengan pendekatan desain urban kontemporer. “Unsur budaya Nusantara tidak dihadirkan secara literal, melainkan melalui reinterpretasi motif, struktur, dan filosofi yang diolah modern,” ungkapnya.
Di bagian akhir pemaparannya, kedua mahasiswi ini menegaskan, koleksi ini menyampaikan pesan bahwa keberagaman merupakan kekuatan utama bangsa yang terus relevan untuk dibaca ulang sesuai perkembangan zaman.

Nila Mojo dan Brand Mojo Kebaya asal Medan kemudian menyajikan koleksi resort yang bisa dipakai untuk Lebaran. Disamping itu membawakan bordir yang sangat detail. “Kita ikut dari yang muda hingga untuk mencari inspirasi yang bisa dikembangkan di Medan,” ucapnya.
Selanjutnya, koleksi DE IRMA bertajuk “UNHOUSE” dari isu lingkungan yang menjadi perhatian kuat. Koleksi ini mengangkat realitas pahit perampasan ruang hidup satwa akibat deforestasi, terinspirasi dari kerusakan hutan di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo, Sumatra.
Melalui busana ready-to-wear streetwear dengan siluet tidak simetris dan detail unfinished, DE IRMA menyuarakan kehilangan, luka ekologis, sekaligus perlawanan terhadap kehancuran alam.
Sementara palet warna forest tone dan nuansa gajah Sumatra dipadukan dengan Tenun Kubang dari Sumatra Barat sebagai penghormatan terhadap kearifan lokal. Ini merupakan karya terbaru yang kali pertama disajikan di Bali Fashion Trend 2025.
Neli Gunawan yang tampil pada petang menjelang malam lebih pada kolaborasi. Penyajian desain busana itu dipadu dengan musik. Ketika para model itu berjalan seakan diiringi musik jazz, gamelan dan tari yang digarap oleh koreografer dihadirkan secara khusus.
“Bali Fashion Trend ini bukan sekadar fashion show, melainkan ekosistem yang mempertemukan kreativitas, budaya, dan industri. Melalui ajang ini, Bali kembali menegaskan diri sebagai ruang temu strategis bagi karya mode Indonesia untuk melangkah ke pasar global,” ucapnya.
Penyajian karya-karya kreatif dari para desainer itu, disajikan secara bergantian hingga menuju penutup Bali Fashion Trend (BFT) 2025. Ajang budaya ini, berlangsung sangat istimewa dengan menghadirkan ragam karya desainer nasional dan internasional.
Rangkaian agenda penutupan, diisi Student Presentation ISI Bali serta sejumlah parade yang menampilkan puluhan desainer, termasuk De Irma, KAMAKU, hingga Fomalhaut Zamel.
“Saya sangat senang dapat terlibat dalam Bali Fashion Trend 2025 yang dinilainya memiliki peran strategis dan pengaruh besar dalam perkembangan tren fashion Indonesia,” ucap Desainer Fomalhaut Zamel.
Perayaan mode berskala internasional yang digelar 18–21 Desember 2025 di Onyx Park Resort, Ubud. Ajang ini tidak hanya menampilkan estetika mode, tetapi juga nilai budaya, keberlanjutan, serta kolaborasi lintas sektor.
Lebih dari 105 desainer nasional dan internasional, termasuk dari Malaysia, Italia, dan Iran, turut ambil bagian. Maka, fashion show ini menjadi medium dialog yang menggugah empati publik.
“Bali Fashion Trend adalah ruang pertemuan kreativitas global dengan identitas budaya Indonesia. Kurasinya diperkuat sehingga menghadirkan pengalaman lebih mendalam, lebih inovatif, dan lebih relevan bagi fashion hari ini dan masa depan,” pungkas Neli Gunawan. [buda]


