TABANAN, balitourismnow.com – Wisatawan yang sedang menikmati suasana di Pantai Batubolong, Desa Canggu, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali sangat beruntung. Mereka menyaksikan momen langka, sebuah prosesi melasti yang dilakukan umat Hindu di Bali.
Wisatawan yang sebelumnya duduk-duduk manis di restoran, warung dan artshop langsung mendekat. Termasuk wisatawan yang sebelumnya asyik berjemur di pantai berpasir putih itu langsung berdiri sambil mengeluarkan kamera atau hand pone mengabadikan momen budaya.
“Ini aktivitas budaya sangat menarik dan langka. Saya yang sudah beberapa kali jalan-jalan ke Bali, belum pernah menyaksikan iring-iringan barong dengan melibatkan ribuan orang,” kata Ishikawa wisatawan asal Jepang yang pasih berbahasa Indonesia, pada Rabu 4 Juni 2025
Saat itu, Ida Bhatara Sakti Nawa Sanga di Pura Kahyangan Jagat Luhur Natar Sari Apuan, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali memang sedang melaksanakan upacara melasti, upacara adat di Bali di Segara (Pantai) Batubolong.
Prosesi pemelastian ini mirip sebuah pertunjukan seni tanpa scenario. Aktvitas budaya ini mampu menyedot perhatian banyak orang. Saat ribuan umat Hindu itu, ngiring (mengantar) sesuwunan Ida Bhatara Sakti Nawa Sanga dan sejumlah Ratu Gede, Barong.
Prosesi ritual tersebut diiringi gamelan Gong Beri dari Sanggar Ketug Gumi, Gulingan Taman Ayun Mengwi yang memainkan gamelan penuh semangat dan tulus. Mereka memainkan gending yang sangat enerjik yang memberi semangat langkah kaki para pengiring.
Pelawatan Ida Batara Pura Natar Sari berwujud Wayang Wong yang memakai figur dan topeng wayang, seperti Rahwana, Hanoman, Sugriwa, Anila dan dua punakawan Sangut dan Delem, serta figur-figur pelawatan itu berjumlah Sembilan diikuti sejumlah tapakan Ratu Gede (Barong).
Sementara Tapakan Ratu Gede yang ikut prosesi upacara pemelastian tersebut meliputi Tapakan Ratu Gede Banjar Baru, Pemanis, Cacab, Bunyuh Tabanan, Payangan, Katik Lantang Gianyar, dan Cepaka Selingsing Tabanan yang mengikuti prosesi hingga ke pantai.
Pada saat upcara melasti itu, tapakan Ida Bhatara diiring hingga ke pantai, sehingga menjadi moment yang sangat langka. Kontan saja, para wisatawan yang sedang jalan-jalan di kawasan pantai itu mengabagikannya dengan kamera juga hand pone.
Beberapa jam kemudian, Ida Bhatara Sakti Nawa Sanga mengikuti prosesi merarian ring jogan Ida Bhatara (beristirahat) di Pura Puseh Desa Adat Tua, Kecamatan Marga. Selanjutnya, kapendak menuju Kahyangan Jagat Luhur Natar Sari pada sore hari itu juga.
Setelah tiba di ujung Desa Adat Apuan, iringan-iringan sesuhunan tapakan Ida Batara disambut berbagai tarian seperti rejang dan baris gede. Suasana sangat khusuk, sehingga tak sedikit warga yang mengalami kerauhan (trance). Mereka yang berjalan dan menari tiba-tiba menangis.
“Puncak pujawali di pura ini bertepatan dengan Tumpek Krulut, Sabtu 7 Juni 2025,” kata Pemangku Gede Kahyangan Jagat Luhur Natar Sari, Ketut Mastrum, S.Sn. didampingi Ketua Panitia I Made Admaja, Sekretaris I Made Cendoarsa, Bendesa Adat Apuan Ketut Murtana, S.Sn. dan penyarikan pura I Made Suastika.
Pujawali ageng yang jatuh setiap tahun tersebut ngerawuhin (menghadirkan) sekitar 60 Tapakan Barong yang menjadi sungsungan umat Hindu di lima kabupaten yakni Tabanan, Badung, Gianyar, Jembrana dan Bangli.
Pemangku Mastrum mengatakan, pada puncak pujawali dilangsungkan pecaruan, kemudian Ida Sesuhunan Bhatara Sakti Nawa Sanga kairing mesucian ring beji. Tengah malam Ida Bhatara Sakti Nawa Sanga dan seluruh tapakan Ratu Gede, tedun kabeh, katuran upakara panyejeg bhuwana.
Prosesi ritual tersebut dilengkapi dengan ngendag kalangan, wali sesolahan (menari, mitip pentas seni). Ida Bhatara nyejer (berlangsung) selama tiga hari, dan karya kasineb mupuk kembang (ditutup) pada Selasa 10 Juni, jelang pagi atau Rabu 11 Juni dinihari sekitar pukul 03.00 wita. [ana]


