MANGUPURA, balitourismnow.com – Ajang musik iternasional berlabel “Djakarta Warehouse Project 2025 (DWP25)” dihelat di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park selama tiga hari penuh, mulai tanggal 12 – 14 Desember 2025.
Festival musik elektronik berskala internasional ini mampu menyedot perhatian puluhan ribu pengunjung dari dalam dan luar negeri dengan menghadirkan pengalaman musik, visual, serta atmosfer yang berbeda dari festival serupa di berbagai belahan dunia.
Kemegahan Patung GWK menciptakan latar belakang visual yang dramatis, dipadu cahaya senja yang indah. Tidak banyak venue di dunia yang memiliki latar monumental seperti Patung GWK ini, shingga seriap ajang yang digelar memberikan kesan yang beda.
“Setiap event yang digelar di kawasan ini selalu meninggalkan kesan tersendiri bagi audiens global,” kata Direktur Operasional GWK Cultural Park, Ch. Rossie Andriani, Minggu 14 Desember 2025.
Untuk ketiga kalinya, GWK Cultural Park menjadi lokasi penyelenggaraan DWP. Pemilihan venue ini bukan tanpa alasan, mengingat GWK memiliki kapasitas besar, lanskap terbuka yang monumental, serta ikon Patung GWK sudah dikenal luas di tingkat global.
“Kombinasi tersebut menjadikan GWK sebagai lokasi strategis bagi event kelas dunia yang menuntut standar tinggi dari sisi tata ruang, keamanan, hingga pengalaman pengunjung,” tegas Rossie Andriani.
Selama tiga hari pelaksanaan DWP25 itu, GWK Cultural Park mampu menampung hingga 25.000 pengunjung per hari. Kawasan terbuka yang luas memungkinkan penataan panggung, area penonton, serta fasilitas pendukung berjalan optimal.
“Dengan sistem sirkulasi yang tertata dan infrastruktur yang telah disiapkan secara matang, festival berjalan lancar tanpa mengganggu kenyamanan pengunjung,” imbuh Rossie Andriani senang.
Kehadiran Patung Garuda Wisnu Kencana menjadi salah satu elemen pembeda utama dibandingkan venue MICE lainnya. Latar ikonik tersebut memberikan karakter visual yang kuat bagi setiap acara berskala internasional.
Selain faktor visual, penyelenggaraan DWP25 di GWK juga menegaskan bahwa identitas budaya Bali tetap menjadi bagian penting dalam festival internasional. Hal ini terlihat sejak rangkaian pembukaan menghadirkan momen Bhinneka Tunggal Ika melalui pertunjukan Tari Kecak khas GWK.
“Unsur tradisi tersebut berpadu dengan energi musik elektronik modern, menciptakan harmoni antara budaya lokal dan tren global,” ucap Rossie Andriani.
Pengunjung DWP tidak hanya datang untuk menikmati musik dari para DJ internasional, tetapi juga untuk merasakan pengalaman Bali yang autentik.
Sentuhan budaya lokal yang dihadirkan dalam festival ini memberikan nilai tambah yang tidak bisa ditemukan di lokasi lain, sekaligus memperkuat citra Bali sebagai destinasi festival musik dunia.
Dari sisi teknis penyelenggaraan, GWK Cultural Park didukung tata letak venue yang luas dengan akses masuk dan keluar yang jelas.
Sistem keamanan dirancang secara menyeluruh untuk memastikan kenyamanan seluruh pengunjung selama acara berlangsung. Jalur sirkulasi pengunjung disiapkan secara detail guna menghindari kepadatan berlebih, terutama pada jam-jam puncak.
Selama tiga hari pelaksanaan, DWP25 berlangsung aman dan tertib. Koordinasi antara penyelenggara, pihak keamanan, serta manajemen GWK Cultural Park berjalan efektif dalam menjaga kelancaran acara.
Hal ini semakin memperkuat posisi GWK sebagai venue yang mampu menangani event berskala besar dengan standar internasional.
Keberhasilan DWP25 di GWK Cultural Park juga menjadi bukti bahwa kawasan ini mampu menghadirkan kolaborasi harmonis antara budaya, kreativitas, dan hiburan modern.
Dengan lanskap alam yang unik, ditambah ikon Patung Garuda Wisnu Kencana, GWK terus menunjukkan konsistensinya sebagai pilihan utama bagi penyelenggaraan event nasional maupun internasional.
GWK Menjadi ikon Indonesia
Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park merupakan taman budaya seluas kurang lebih 60 hektare yang terletak di Ungasan, Kabupaten Badung, Bali. Jaraknya sekitar 10 hingga 15 menit dari Bandara Ngurah Rai, maka mudah diakses oleh wisatawan domestik maupun mancanegara.
Sejak tahun 2012, GWK Cultural Park telah melakukan berbagai peremajaan fasilitas. Pembenahan dilakukan di sejumlah kawasan utama seperti Plaza Wisnu, Lotus Pond, Festival Park, Amphitheater, Taman Indraloka, Tirta Agung, serta area lainnya.
Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung sekaligus menunjang kebutuhan event berskala besar. Pada 2018, Patung GWK yang kini menjadi ikon Indonesia diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Ir. Joko Widodo.
Keberadaan patung tersebut semakin memperkuat posisi GWK sebagai destinasi budaya sekaligus venue event yang memiliki daya tarik internasional. Kawasan GWK Cultural Park terdiri dari beberapa venue dengan luas area hingga 5.000 meter persegi.
Lokasi-lokasi ini kerap digunakan untuk penyelenggaraan berbagai acara besar, baik berskala nasional maupun internasional. Salah satunya adalah Amphitheater yang memiliki kapasitas hingga 500 tempat duduk dan difungsikan sebagai venue pertunjukan seni dan budaya.
Saat ini, GWK Cultural Park terus berkembang sebagai destinasi pariwisata abad ke-21. Selain menyuguhkan pertunjukan budaya dan atraksi hiburan, kawasan ini juga menampilkan berbagai karya seni patung serta seni lanskap tebing kapur yang menjadi ciri khas Bukit Ungasan.
Tidak hanya itu, GWK juga menghadirkan destinasi wisata kuliner serta pusat cinderamata di Kencana Souvenir yang menawarkan berbagai produk unik.
Keberhasilan penyelenggaraan DWP 2025 semakin menegaskan peran GWK Cultural Park dalam mendukung Bali sebagai destinasi utama festival musik dunia. Kombinasi dengan budaya, infrastruktur dan kreativitas, GWK terus menjadi representasi kuat Indonesia di mata audiens global. [buda]


