Profil

Gede Ricky Sukarta: Dinamika Kunjungan Wisatawan Akhir Tahun di Bali

MANGUPURA, balitourismnow.com – Belakangan sangat trending dinamika pemberitaan baik di media sosial maupun di media konvensional mengenai masalah kunjungan wisatawan ke Pulau Bali, di akhir tahun 2025 ini.

Ada yang memprediksi kunjungan wisatawan ke Bali akhir tahun 2025 meningkat, melampaui tahun 2024 terutama saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru), namun ada kecemasan pada hunian hotel yang tidak bergerak naik dari tahun-tahun sebelumnya.

“Saya sebagai pelaku dan juga aktif di dunia pariwasata tentu memahami aspek psikis para pelaku pariwisata itu sendiri, dan saya melihat hal itu berdasarkan beberapa hal,” kata Gede Ricky Sukarta, Sekretaris Badan Pimpinan Cabang Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (BPC PHRI) Badung, Minggu 21 Desember 2025.

Gambaran umum okupansi menjelang akhir tahun

Gede Ricky Sukarta melihat, secara umum memang benar yang terjadi menjelang Natal tahun ini adanya daily pick-up yang relatif lambat dibanding ekspektasi. Namun, kondisi ini bukan fenomena baru dan bukan indikasi krisis, melainkan bagian dari siklus tahunan pariwisata Bali.

BACA JUGA:  Kondisi Pariwisata Jembrana Sepi, Pengelola Hotel Lakukan Efisiensi Biaya

Siklus tahunan itu yang sudah terjadi sejak era 1990–2000-an. “Slow itu bukan gagal, tetapi sebuah siklus yang perlu kita garap bersama,” ucap Penasehat Bali Villa Association (BVA) Bali ini serius.

Jeda alamiah sebelum Natal & Tahun Baru

Di Bali, selalu ada jeda alami sebelum Natal, di mana wisatawan cenderung ‘menyimpan diri’ dan baru melakukan perjalanan tepat di momen Natal hingga Tahun Baru.

Pada fase ini, hotel dan villa biasanya melakukan deep cleaning, preventive maintenance, sekaligus memberikan hak libur staf yang masih tersisa sepanjang tahun. “Tentu ini sebuah tantangan yang harus di kelola karena ini masa persiapan, bukan kemunduran,” ujarnya.

Perbandingan dengan Thailand tidak Apple to Apple

Gede Ricky Sukarta jika pariwisata bermasalah, sering kali Bali dibandingkan dengan Thailand, padahal ini tidak apple to apple. Thailand adalah satu negara dengan akses darat dan udara yang sangat dekat ke market utama seperti China, India, dan Rusia.

BACA JUGA:  Vila Ilegal di Platform Agen Perjalanan: Percepat Alih Fungsi Lahan, Ciptakan Persaingan dan Perang Harga

Sementara Bali adalah sebuah provinsi, dengan karakter geografis dan kebijakan yang berbeda. ”jika perbandingan itu menjadi patokan, maka saya rasa konteks harus adil,” ingatnya dengan nada mengingatkan.

Faktor demografi & akses wisatawan

Selain itu, Thailand juga sering mendapat limpahan wisatawan regional dari Malaysia, Sumatra, Kalimantan, bahkan paket wisata murah ke Bangkok dan Phuket.

Sedangkan Bali tidak berada dalam posisi geografis yang sama, sehingga pola kunjungan dan timing reservasi sangat berbeda. ”Ingat akses juga menentukan pola okupansi,” imbuh Dewan Pembina Indonesian Hotel General Manager Association Dewan Pimpinan Daerah (IHGMA DPD) Bali ini.

Media & Persepsi Publik

Karena itu, Gede Ricky Sukarta mengajak semua harus jujur, bahwa pemberitaan media sangat memengaruhi persepsi wisatawan, termasuk isu banjir, kemacetan, atau pelayanan publik.

BACA JUGA:  J4 Hotels Legian: Siapkan Paket Spesial untuk Setiap Pasangan di Hari Valentine

Ini bukan untuk menyalahkan, tetapi menjadi bahan evaluasi bersama agar informasi yang disampaikan tetap berimbang dan solutif. ”Itu karena media punya peran strategis,” sebutnya.

Peran masyarakat & stakeholder lokal

Gede Ricky Sukarta kemudian mengingatkan, pariwisata Bali tidak hanya tanggung jawab hotel atau pemerintah, tetapi seluruh stakeholder, termasuk masyarakat.

Komitmen bersama untuk menjaga lingkungan, keramahan, kebersihan, dan keamanan adalah kunci agar Bali tetap dipercaya. ”Kita mesti selalu ingat, pariwisata adalah sebuah ekosistem,” paparnya.

Outlook Natal & Tahun Baru

Gede Ricky Sukarta kemudian mengajak melhat ke belakang. Berdasarkan pengalaman, okupansi biasanya melonjak signifikan mulai 24–25 Desember hingga awal Januari.

BACA JUGA:  Sejak 1996, ARMA Museum & Resort Telah Gunakan Produk Lokal

“Jadi kita mesti tetap optimis, meskipun dengan pendekatan yang lebih realistis dan efisien. Kuncinya, adalah optimisme berbasis data dan pengalaman,” ucapnya menyenangkan.

Dengan nada rendah, Gede Ricky Sukarta mengatakan, Bali sudah melewati banyak fase sulit dan selalu bangkit. “Terpenting sekarang adalah kejujuran membaca kondisi, kolaborasi antar stakeholder dan komitmen menjaga kualitas destinasi. Dengan begitu, Bali akan tetap relevan dan berkelanjutan,” harapnya. [buda]

Shares: