GIANYAR, balitourismnow.com – Bagi yang sempat menyaksikan peragaan busana dalam ajang Bali Fashion Trend 2025, pasti menyenangkan. Sebab, perayaan mode bersekala internasional itu menghadirkan panggung khusus bagi brand fesyen lokal Indonesia yang unik.
Bali Fashion Trend berlangsung selama empat hari dari, 18–21 Desember 2025 di Onyx Park Resort itu tak hanya sebabagai pameran berbagai desain busana yang unik, tetapi juga sebagai atraksi wisata. Para perancang busana, pengusaha, pecinta fashion dan wisatawan selalu hadir.
Melalui kolaborasi bersama Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif, Bali Fashion Trend 2025 menampilkan 12 jenama hasil Inkubasi Fesyen 2025 dari Provinsi Bali dan Wilayah Jabodetabek yang telah menjalani proses pelatihan dan pendampingan intensif.
Dari proses pelatihan dan pendampingan intensif itu berhasil lolos kurasi untuk tampil di runway fashion show Bali Fashion Trend 2025 dengan tema besar “Beyond Beauty” itu.
Ke-12 brand yang tampil itu adalah: Ceu Kokom Ecoprint, Ghaea Home, Da’poza, Opie Ovie, Suwari Loka, Srihanna, Guts Etnik, Milioki, Etiesta, Mierto, Amod Bali, Batik Marunda, dan Deden Siswanto for MYMD.
“Mereka hadir sebagai representasi kekuatan kreatif desainer lokal yang membawa karakter budaya Nusantara dalam pendekatan desain kontemporer,” kata ujar Direktur Fesyen, Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif, Romi Astuti disela-sela penutupan Bali Fashion Trend 2025, Minggu 21 Desember 2025.
Program Inkubasi Fesyen 2025 ini dirancang untuk memperkuat kapasitas brand lokal melalui pendampingan strategi bisnis, pengembangan konsep koleksi, teknik penyajian mode, hingga storytelling brand.

Selam proses pelatihan dan pendampingan, para peserta mendapatkan arahan langsung dari mentor, desainer profesional, pelaku industri, dan akademisi sebelum akhirnya diseleksi menjadi 12 jenama yang siap menampilkan karya terbaiknya.
Di atas runway Bali Fashion Trend 2025, setiap jenama membawa identitas unik: mulai dari eksplorasi material tekstil lokal, pemahaman trend fashion terkini, persiapan fashion show, photoshoot, pengembangan desain, hingga penggunaan AI dalam branding.
Kolaborasi ini menjadi wujud komitmen Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Ekraf) dalam mendorong jenama lokal agar mampu berkembang secara kreatif dan kompetitif di industri fesyen tanah air dan pasar global.
“Melalui program Inkubasi Fesyen 2025 ini, kami ingin memfasilitasi brand lokal agar dapat naik kelas melalui penguatan desain, konsep bisnis, serta daya saing industrinya,” jelsas Romi Astuti senang.
Sebagai platform mode tahunan dengan visi mengangkat budaya dan kreativitas lokal, Bali Fashion Trend 2025 berharap penampilan 12 brand Inkubasi Fesyen 2025 ini dapat menjadi langkah awal bagi para pelaku mode untuk menjangkau pasar yang lebih lua.
Termasuk untuk memperkuat jaringan industri, serta memperkuat karakter brand melalui dukungan dan eksposur media. “Kami percaya bahwa jenama yang tampil hari ini membawa potensi besar bagi masa depan industri kreatif Indonesia,” ucap Romi Astuti.
Langkah strategis dalam membangun ekosistem mode nasional
Program pendampingan Inkubasi Fesyen 2025 oleh Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif merupakan langkah strategis dalam membangun ekosistem mode nasional.
Selama pendampingan, para peserta mendapatkan pelatihan intensif terkait desain kreatif, analisis pasar, produksi, branding digital, hingga persiapan runway showcase. Hasilnya, hadir 12 brand terpilih membawa energi baru bagi fesyen Indonesia di Bali Fashion Trend 2025.
Tampilnya koleksi dari Ceu Kokom Ecoprint, Ghaea Home, Da’poza, Opie Ovie, Suwari Loka, Srihanna, Guts Etnik, Milioki, Etiesta, Mierto, Amod Bali, Batik Marunda, dan Deden Siswanto for MYMD, acara ini menjadi bukti nyata bahwa industri kreatif Indonesia memiliki talenta dan kualitas yang layak bersaing di panggung dunia. [buda]


