GIANYAR, balitourismnow.com – BaliSpirit Festival yang berlangsung selama lima hari, mulai tanggal 7–11 Mei itu tidak hanya mempertemukan komunitas yoga, tetapi juga menjadi ajang pertukaran Budaya. Sebab, para penggiat dan instruktur yoga dari berbagai negara bertemu disitu.
Lihat saja, pada pelaksanaan BaliSpirit Festival ketiga, 10 Mei yang diwarnai dengan semarak kegiatan menggabungkan yoga, budaya, dan wellness. The Yoga Barn, Ubud yang menjadi pusat penyelengaraan festival itu penuh dengan para pecinta yoga.
Awalnya, dimulai dengan Wellness Conference dibuka oleh Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata, Ibu Ni Made Ayu Martini, lalu dilanjutkan dengan serangkaian kelas yoga yang dipandu oleh instruktur-instruktur internasional ternama.
Para instruktur internasional itu, yakni Infinity Vinyasa Flow oleh Nino Mendes, Qi Gong oleh Jordi Jules dan Hatha Vinyasa Flow oleh Ananda Dhandapani. Kelas ini membantu para peserta memperdalam praktik yoga serta meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental mereka.
Siang harinya, diisi konferensi pers untuk memperkenalkan para pembicara dan panelis yang berpartisipasi dalam sesi diskusi mengenai pertukaran budaya dan wellness. Acara ini menghadirkan tokoh-tokoh penting dan diikuti para media dan penggiat yoga dari dalam dan luar negeri.
Para narasumber itu, seperti I Made Andika yang Ketua Yayasan Kryasta Guna, I Made Gunarta selaku Co-founder BaliSpirit Festival, Cirak, Heeki Park, Quarina dan Donovan Manning. Diskusi lebih membicarakan terkait BaliSpirit Festival dan yoga.
I Made Andika akrab disapa Deco memaparkan, selain BaliSpirit Festival, Yayasan Kryasta Guna juga memiliki program Bali ReGreen, penanaman bambu di seluruh Kabupaten di Bali yang fokus pada tanah yang tidak produktif.
“Penanaman bambu ini unbtuk penghijauan, konservasi adat/budaya, dan economic benefit. Selain itu, juga melakukan edukasi HIV AIDS ke sekolah-sekolah SMA/SMK atau sederajat. Awalnya, hanya membidangi seni dan budaya saja,” katanya.
I Made Gunarta mengatakan BaliSpirit Festival merupakan perayaan tahunan yang memadukan yoga, musik, dan budaya untuk memperkuat koneksi spiritual, menyebarkan inspirasi, dan membangun komunitas yang lebih sadar serta seimbang.
“Festival ini menjadi ajang penting untuk berbagi pengetahuan dan menjalin hubungan lintas budaya,” ungkapnya.

Setelah itu, berlangsung panel diskusi bertajuk “Pertukaran Budaya” menghadirkan pembicara Jean Couteau, Tovic Rustam, Sawidji Gallery, dan Scott F Bauer yang membahas pentingnya pelestarian dan penguatan nilai-nilai budaya dalam kehidupan modern.
Kegiatan ini turut mendapat apresiasi dan kunjungan dari Wakil Menteri Dalam Negeri, Bima Arya, yang menunjukkan dukungan penuh pemerintah terhadap festival yang mengusung nilai kesejahteraan dan pelestarian budaya ini.
Sebagai penutup hari, para pengunjung dihibur dengan penampilan musik dan tari yang memukau dari Catur, Pao Pamaki, dan Amaru Tribe – menampilkan kekayaan seni dan budaya yang memikat.
Merayakan harmoni jiwa, musik, dan budaya
BaliSpirit Festival akhirnya ditutup dengan penuh semangat dan kehangatan komunitas global yang bersatu dalam perayaan spiritualitas, seni, dan kesadaran, Minggu 11 Mei. Namun sebelum itu, di pagi hari diawali dengan pengalaman mendalam Body Poetry Yoga ~ Rhythm of the Heart.
Ia bersama Lara Zilibowitz, membangkitkan koneksi antara gerak tubuh dan irama hati dengan kemampuannya. Penampilan mereka seakan membuat para para tamu yang hadir larut, sehingga suasaa lebih bermakna.
Apalagi, di sepanjang siang diisi dengan berbagai workshop menarik menggugah batin para peserta. Narasumber yang hadir, Journey into Javanese Mysticism Meditation oleh Noviana Kusumaawardhani, Offerings-Making Workshop bersama Putu Mahagiri, dan Lucid Flow: Durga Mandala & Heart Field Activation oleh Christian Dimarco.
Sementara itu, panggung Tea Temple menjadi ruang suci untuk ekspresi musical menyentuh jiwa, menampilkan Kirtan oleh Manuela Mejia feat. Abink & Ferry, Ceremonial Serenade dari Zana Prana.
Selanjutnya, alunan etnik spiritual oleh Matangi dalam Female Mystic Folk Music, dan Sesi Kirtan penutup sore oleh Paskal Suraj. Aktifitas lokakarya ditutup dengan kelas Cuban Salsa bekerja sama dengan Cape Discovery.
Konser malam menjadi puncak yang memukau, dibuka oleh energi positif Mike Love, disambung dengan tarian tradisional kontemporer Kobagi Kecak, getaran elektronik dari Drėėėmy, dan ditutup meriah oleh Dos Papis & Orchestra yang mengguncang panggung dengan nuansa global.
I Made Gunarta mengatakan, BaliSpirit Festival akan kembali hadir tahun depan pada 22–26 April 2026, menjanjikan pengalaman yang lebih magis dan transformatif. [ana]