Art & Culture

‘Rinting Pitu’, Jenis Gamelan Baru Karya Kreatif dari Seniman Bumi Makepung Jembrana

DENPASAR, balitourismnow.com – Berwisata di Bali, sudah pernah jalan-jalan ke Kabupaten Jembrana? Kawasan wisata di Bali Barat ini sangat kaya dengan objek wisata, termasuk seni budaya yang sangat unik. Atraksi budaya yang sangat terkenal adalah tradisi makepung.

Kalau dalam seni budaya, Jembrana sangat terkenal dengan kesenian Jegog, jenis musik tradisional Bali yang menggunakan instrumen musik dari bambu berukuran besar. Kini, Jembrana memiliki barungan baru bernama Gamelan Rinting Pitu yang unik.

Rinting Pitu yang konon terinspirasi Gamelan Jegog dan Rindik itu pentas dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47, yang isajikan Sanggar Seni Sana Sini Desa Pergung, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana di Kalangan Ratna Kanda Taman Budaya Provinsi Bali, Jumat 11 Juli 2025.

“Rinting merupakan akronim dari Rindik dan Tingklik, sementara Pitu berarti tujuh, merujuk pada laras pelog saih pitu yang digunakan. Tak sekadar nama, Rinting juga bermakna “berjejer”, mencerminkan susunan nada dan bilah gamelan,” kata Ketua Sanggar, I Made Arsa Wijaya.

BACA JUGA:  Jika Dipromosikan, Dharmawacana Bahasa Inggris Bisa Menjadi Atraksi Budaya Menarik Bagi Wisatawan

Sanggar Seni Sana Sini yang berdiri sejak 2013 itu tampil dengan penuh semangat. Mereka membawakan tabuh-tabuh khas seperti Gesing, Ngintir, Kunang Kuning, dan Bapang Mekar serta tampil mengiringi tari kreasi bertajuk Jimbarwangi yang ekpresip.

Enam penari menyajikan balutan gerak rancak dan iringan gamelan Rinting Pitu, mereka menampilkan karya seni lintas budaya yang memikat. Jimbarwangi bukan tarian biasa. Ia lahir dari perpaduan gerak Tari Janger, Joged Bumbung (Bali), dan Gandrung (Banyuwangi).

Sebuah karya koreografis yang menjembatani harmoni dua daerah hanya selemparan selat: Jembrana dan Banyuwangi. “Kami mengusung konsep pawongan dalam Tri Hita Karana, yakni menjalin harmoni antarmanusia tanpa sekat suku, agama, maupun ras,” ujarnya.

Pria yang akrab disapa Wawan itu mengatakan, Jimbarwangi dan Rinting Pitu menjadi simbol bagaimana tradisi bisa terus hidup melalui inovasi yang peka terhadap nilai lokal dan jaman. Sebuah persembahan lintas selat yang bukan hanya menghibur, tetapi juga menginspirasi.

BACA JUGA:  Festival Village Sanur 2025 Dibuka dengan ‘Percikan Tirta’

Tarian ini tak hanya menonjol dari sisi koreografi, namun juga dari sisi musikalitas. Iringan musiknya berasal dari inovasi instrumen bambu terbaru, yaitu Gamelan Rinting Pitu. Gamelan ini merupakan hasil eksperimentasi artistik yang memadukan karakteristik gamelan lain.

Dalam filosofi lokal, Rinting—juga berarti palma—dimaknai sebagai lambang reinkarnasi. Maka, gamelan ini dihadirkan sebagai “kelahiran baru” dari gamelan bambu sebelumnya, namun dengan roh dan warna musikal yang lebih segar.

Gamelan Rinting Pitu memadukan instrumen seperti barangan, kantilan, suwir, undir, serta ditambahkan elemen dinamis seperti kendang krumpung, ceng-ceng ricik, kajar, suling, dan gong pulu.

Meski tergolong bamelan baru, tetapi warna Bali tetap terasa kental. Apalagi, dengan struktur komposisi mengacu pada Semar Pegulingan, dan teknik permainan yang dipengaruhi Tingklik Jegog.

BACA JUGA:  Lomba ‘Ngambar’ Satua Bali di Bulan Bahasa Bali (BBB) VII Menjadi Atraksi Wisata Menarik

“Ini adalah bentuk implementasi dari konsep Jagat Kerthi Lokahita Samudaya, harmoni alam semesta. Gamelan ini kami persembahkan sebagai harmoni palemahan, keseimbangan dengan alam,” jelas Wawan. [buda]

Shares: