Art & Culture

34 Karya Seni Lukis dan 2 Karya Tiga Dimensi Para Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery Sanur

DENPASAR, balitourismnow.com – Santrian Art Gallery yang berada di area Hotel Griya Santrian Sanur menjadi perhatian para wisatawan. Sebab, gallery ini tak pernah sepi dengan pajangan karya seni, dengan berbagai gaya dan aliran yang selalu memikat hati.

Lihat saja, pameran bertajuk “Reflection” yang telah dibuka oleh Winnie Yamashita Rolindrawan, pengacara dan pecinta seni pada Jumat, 9 Mei 2025. Pameran yang didukung 9 perupa Yogyakarta ini memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi.

“Santrian Art Gallery memang sengaja memajang lukisan karya para perupa asal luar Bali untuk mempromosikan seniman luar untuk dunia, termasuk memperkenalkan perupa Jago Tarung Yogyakarta ini,” kata petugas Santrian Art Gallery, I Made ‘Dolar’ Astawa yang juga perupa itu.

Kesembilan perupa yang menggelar pameran itu, adalah A. Priyanto ‘Omplong’, Agung ‘Pekik’ Hanafi Purboaji, Dedy Sufriadi, Robi Fathoni, Deskhairi, Yudi Sulistyo, Hayatuddin, Hono Sun, Riki Antoni, Robi Fathoni dan Yudi Sulistyo.

BACA JUGA:  Tarian Rakyat India ‘Mudra Creation’, Meriahkan Malam Budaya Penuh Warna di Art Center

Masing-masing perupa menampilkan dua lukisan berukutan besar, dan lukisan kecil dengan jumlah yang tidak ditentukan. Semua karya itu mengangkat tema alam yang dituangkan dengan berbagai imajinasi dan bentuk sesuai dengan ide masing-masing.

Dedy Supriadi misalnya menampilkan karya-karyanya yang berangkat dari teks. Ia yang suka membaca, mencoba memindahkan teks-teks tersebut dalam bentuk karya senirupa kontemporer. Ada lima lukisan yang dipamerkan kali ini.

“Banyak yang berpikir teks itu tak bisa dijadikan lukisan. Saya membuat lukisan teks yang kebetulan memang suka membaca. Saya menulis di kanvas memakai warna hitam butih. Karya itu bisa lahir dari apa saja, maka saya memakai teks yang selana ini diabaikan,” paparnya.

Sesungguhnya lukisan teks ini sudah ada sebelumnya, tetapi jarang diekpus. Termasuk juga ada di Bali. Walau demikian, lukisan teks ini berbeda dengan kaligrafi yang lebih banyak menampilkan hiasan. “Teks apapun yang saya bawa, itu yang saya lukiskan.,” lanjutnya.

BACA JUGA:  The Nusa Dua Rayakan Chinese New Year dengan Atraksi Seni Budaya Khas Tionghoa

Ini sebuah karya intuitif yang jarang diminati, serta jenis lukisan teks itu minilmalis yang hanya menggunakan warna hitam dan putih. “Ke lima lukisan teks itu seakan menyampaikan pesan persoalan mengembalikan teks sebagai teks,” ungkapnya.

Sedangkan Hono Sun lebih banyak karya-karyanya menggali lebih ke dalam. Kalau pun mengangkat objek alam, bukan melihat keluar namun mencipta lebih ke dalam. Ia memamerkan 4 karya lukisan dan sebuah karya tiga dimensi.

Salah satu karyanya berjudul “Jaka Tarub” berukuran 180 cm x 280 cm. “Alam itu seperti hidup. Ketika saya melukis alam, saya merasa tak sendirian,” ucapnya.

Salah satunya, mengangkat tema fotografer. Niat dari rumah ingin mengabadikan keindahan alam, tetapi ketika di jalan tak selalu mulus, karena ia dicegat 7 tokoh bidadari. Lukisan abtrask ini, idenya lahir dari seorang tuka potret keindahan.

BACA JUGA:  Lomba ‘Ngambar’ Satua Bali di Bulan Bahasa Bali (BBB) VII Menjadi Atraksi Wisata Menarik

“Lewat karya lukis itu, saya ingin menyampaikan pesan, bahwa mata lensa manusia sekarang hanya fokus ke hal-hal yang tidak penting atau yang bersifat sesaat, namun melupakan esisiensinya.

Dedi Yuniarto, selaku kurator mengatakan, materi yang dibawa dan dipamerkan di Santrian Gallery merupakan bagian kedua dari program panjang. Materi pameran dengan tema besar “Reflection” (refleksi) ini telah digarap sejak akhir tahun 2021.

Pameran ini mengingatkan kehidupan selalu dibimbing melalui olah refleksi menyadari sepenuhnya dan fokus akan di mana dan bagaimana diri saat ini. Menjalani hidup sepenuhnya, atau disebut mindfulness, dipraktikkan dengan cara hadir dan menyadari apa yang dilakukan.

“Pameran ini, kami beri tajuk “Reflection”. Tidak ada satu kata yang secara spesifik dapat menjelaskan makna dalam konteks ini. Maka kami merangkai tiga kata, yakni: “cerminan”, “lantunan” (dialektika), dan “pemikiran”, yang ketiganya saling melengkapi,” paparnya.

BACA JUGA:  15 Perupa Indonesia Pamerkan 'Puan dan Bumi' di TAT Art Space Denpasar Bali

Made Dolar kembali menerangkan, Santrian Art Gallery mendapatkan kesempatan untuk mempromosikan seniman luar untuk dunia. Pameran ini untuk mengenalkan karya-karya baru, dengan harapan dapat menumbuhkan ide-ide baru, bagi seniman lokal. [ana]

Shares: