Program Studi DIV Manajemen Bisnis Pariwisata Jurusan Pariwisata Politeknik Negeri Bali (PNB) melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Adat Ole, Desa Dinas Ole, Desa Marga Dauh Puri, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Sabtu (19/10).
Kegiatan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat sebagai bentuk implementasi dari program Tri Dhrama Perguruan Tinggi yang wajib dilakukan sebagai seorang pengajar dan dosen di perguruan tinggi, sebagai upaya meningkatkan kontribusinya.
“Kami datang ke Desa Adat Ole karena desa ini unik. Posisi desa yang tidak terlalu jauh dari perkotaan, tetapi masih memiliki potensi alam yang bagus terutama dalam bidang pertanian dan sejarah,” kata Ketua Jurusan Pariwisata PNB, Dr. Ni Nyoman Sri Astuti, SST. Par., M.Par.
Pengabdian masyarakat dengan topik “Pelatihan Tour Guide Tracking” itu diawali dengan kegiatan mengunjungi potensi yang ada. Para peserta yang terdiri dari para pemuda dan tokoh masyarakat di desa itu, serta mahasiswa juga para dosen.
Menyusuri desa pejuang ini dipandu pelaksana tugas Bendesa Adat Ole, I Made Sedana dan diikuti Wakil Direktur Bidang Kerjasama, Dr. I Ketut Sutama, MA dan Koordinator Program Studi DIV Manajemen Bisnis Pariwisata, Dr. Made Satria Pramanda Putra, SE., SH., MM
Dalam suasana pagi yang cerah dan sejuk, para peserta mengali perjalannya dari Bale Banjar Ole, lalu mengunjungi Pura Dalem Basa, tempat I Gusti Ngurah Rai bersama pasukannya bersembahyang sebelum perang Puputan itu meletus, tahun 1946.
Kemudian melintasi jalan desa sambil menyaksikan rumah penduduk dengan gaya dank has desa setempat, menyaksikan aktivitas petani desa, melewati pancoran tempat memohon ‘yeh nyonyo’ (air susu), lalu ke rumah warga tempat ber gerilya terakhir I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya.
Kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan bahasa Jepang yang dipandu oleh Narasumber Bahasa Jepang, Dr. Lien Darlina, M.Hum. Meski dilaksanakan secara singkat, namun pelatihan yang diikuti pemuda desa setempat berlangsung sangat atraktif. Ada teori, juga pratek langsung.
Sri Astuti mengatakan, dengan potensi pertanian yang masih ada di Desa Ole, dan didukung dengan kehidupan agragris masyarakatnya yang masih lestari hingga sampai jaman modern seperti ini, Desa Ole bisa dikembangkan menjadi desa wisata dengan cukup baik.
Di samping itu, Desa Adat Ole merupakan desa bersejarah yang bisa dijadikan wisata edukasi. Desa Ole ini sebagai salah satu tempat, markas perjuangan salah satu pahlawan Bali I Gusti Ngurah Rai bersama pasukan Ciung Wenara yang terkenal dengan perang puputan.
“Kami dari Jurusana Parwisata PNB siap mengembangkan potensi desa yang ada. Menata potensi pertanian dengan kegiatan patiwisata, namun tidak menghilangkan potensi pertanian tetapi bisa mendatangtkan benefit dari sisi ekonomi bagi masyaraat di Desa Ole,” ujarnya.
Dari sisi sejarah, lanjut Sri Astuti, itu bisa dikemas menjadi satu perjalanan yang tidak hanya bagi wisatawan mancanegara, tetapi bisa dijual untuk generasi muda Bali. Utamanya, anak-anak tingkat SD dan SMP, sehingga bentuk edukasi sejarah perjuangan pahlawan jaman dulu.
“Saya melihat dan merasakan tadi, jalur treking yang sangat baik. Hanya saja, memang harus ditata sedemikian rupa, sehingga lebih artitistik. Saya rasa dari sisi aksesbility sudah ok, tetapi artistiknya mesti lebih dikembangkan lagi agar lebih menarik,” ujar Sri Astuti polos.
Aktivitas yang bisa dilakukan, pertama, wisatawan melakukan treking dengan memasuki areal subak sambil menjelaskan pertanian juga sejarah yang ada di Desa Ole. Kemudian, peserta treking disajikan budaya, pertunjukan tari dan gamelan, permainan Megandu di Desa Ole.
Apalagi, permainan Megandu sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia, sehingga permainan bisa menjadi atraksi wisata. “Nah, sajian budaya ini menjadi puncak dari satu paket yang dijual kepada masyarakat, termasuk wisatawan,” jelasnya meyakinkan.
Menurut Sri Astuti, paket ini sudah sangat menarik bagi wisatawan mancanegara, dan menarik pula dibidang pendidikan sejarah. Sebab, masyarakat utamanya generasi muda bisa terjun ke tempat lokasi kejadian yang dilakukan para pahlawan jaman dulu.
“Berdasarkan potensi desa yang ada, maka kegiatan ini bisa menjadi paket jalan-jalan satu hari,” tutup Sri Astuti optimis. [BT/*/lan]


