Art & Culture

I Ketut Tangkas: Warga Nusa Penida Lestarikan Lontar Warisan Leluhur

Berwisata di Bali, pasti sudah pernah jalan-jalan ke Nusa Penida. Daerah yang menjadi bagian dari Kabupaten Klungkung itu, merupakan tujuan pariwisata alam, bawah laut, seni dan budaya. Namun, paling terkenal sebagai pariwisata spiritual khususnya bagi umat Hindu di Nusantara.

Masyarakatnya memiliki komitmen mengedepankan kearipan lokal, termasuk menjaga warisan leluhur. Lihat saja, ketika Tim Penyuluh Bahasa Bali melakukan konservasi dan identifikasi lontar milik I Ketut Tangkas yang beralamat Banjar Tiing Jajang, Desa Sakti, Nusa Penida.

Pria kelahiran, 31 Desember 1972 itu memiliki 31 jenis lontar, dan semuanya masih asri. “Semua lontar masih bagus, tidak ada yang rusak. Kami hanya membersihkan saja,” kata Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Klungkung, I Wayan Arta Diptha, Selasa 4 Pebruari 2025.

Pada kesempatan itu, Arta Diptha melibatkan sebanyak 14 orang Penyuluh Bahasa Bali untuk melakukan perawatan lontar milik warga. “Kami bersyukur, semua lontar milik warga, I Ketut Tangkas ini, bisa kami indentifikasi dengan baik,” paparnya.

BACA JUGA:  Workshop Konten Digital di Bulan Bahasa Bali VII: Cara Meningkatkan Kegemaran Generasi Muda Menggunakan Bahasa Bali

Arta Diptha mengatakan, setelah melakukan identifikasi maka jenis lontar yang sangat beragam, mulai dari lontar tentang tutur, usada, dan tenung yang jarang dimiliki warga. Semua lontar memiliki tulisan yang sangat jelas sehingga dapat dibaca.

Pada kesempatan itu, Tim Penyuluh Bahasa Bali memberikan tips-tips dalam merawat lontar yang baik, mulai dari cara membersihkan, menghaluskan serta menyimpan lontar di tempat yang kering, serta lebih sering dibuka dan dibaca.

Bersamaan dengan itu, konservasi dan indentifikasi lontar juga dilakukan di Desa Nyalian, Kecamatan Banjarangkan tepatnya di Griya Ida Bagus Alit Putra Parwata, yang merupakan Semeton Gria Sakti. Di sini melibatkan sebanyak 18 orang penyuluh yang dimulai sejak pagi.

“Ida Bagus Alit Putra Parwata ini memiliki sebanyak 31 cakep lontar, namun kami hanya bisa mengidentifikasi sebanyak 9 cakep lontar. Artinya, 22 lontar belum bisa diidentifikasi karena dalam kondisi rusak,” paparnya.

BACA JUGA:  Penyuluh Bahasa Bali Konservasi Lontar Milik Ida Pedanda Gede Wayahan

Artinya, lontar ini sebelumnya tidak mendapatkan perawatan yang baik. Antara satu dengan lainnya tidak utuh. Sebagian lontar rusak dimakan rayap, dan beberapa karena tak mendapat perawatan. “Maka susah mengindentifikasi,” jelas Arta Diptha didampingi tim penyuluh lain.

Tim Penyuluh Bahasa Bali justru menemukan lontar unik yaitu tutur Aji Mas Ganda Purantaka Petak di Griya Sakti Desa Nyalian. Lontar itu berisi tentang tujuan hidup kemoksan. “Konservasi lontar ini semula hanya di Desa Nyalian, namun menambah di Nusa Penida,” paparnya.

Kedua pemilik lontar ini, yakni Ida Bagus Alit Putra Parwata dan I Ketut Tangkas menyampaikan terima kasih kepada Dinas Kebudayaan Provinsi Bali dan Penyuluh Bahasa Bali yang melakukan pembersihan lontar, serta identifikasi, sehingga warisan leluhurnya lestari.

“Kami selaku masyarakat berharap kepada Penyuluh Bahasa Bali, agar kedepannya tetap intens merawat lontar-lontar milik warga mengingat lontar ini merupakan warisan leluhur yang adiluhung,” harap Ida Bagus Alit Putra Parwata.

BACA JUGA:  Lomba ‘Ngambar’ Satua Bali di Bulan Bahasa Bali (BBB) VII Menjadi Atraksi Wisata Menarik

Festival konservasi lontar di Kabupaten Klungkung itu digelar serangkaian dengan Bulan Bahasa Bali (BBB) VII yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali melalui Penyuluh Bahasa Bali di Kabupaten Klungkung [BTN/ana]

Shares: