Art & Culture

Ogoh-ogoh di THE 1O1 Bali Fontana Seminyak: Atraksi Wisata Lestarikan Seni Tradisi Bali

MANGUPURA, balitourismnow.com – Staff dan karyawan THE 1O1 Bali Fontana Seminyak membuat ogoh-ogoh dalam menyambut Hari Raya Nyepi Caka 1947. Hari Raya Nyepi yang jatuh pada Sabtu, 29 Maret 2025 ini merupakan hari suci umat Hindu untuk memperingati pergantian tahun baru Saka.

Para staf dan karyawan hotel itu membuat ogoh-ogoh, patung besar yang menggambarkan “bhuta kala” sosok jahat dalam kepercayaan Hindu Bali. Ogoh-ogoh ini, seakan menjadi bagian dari tradisi menyambut Hari Raya Nyepi di Pulau Dewata.

“Selain untuk menyambut Hari Raya Nyepi, membuat ogoh-ogoh ini sebagai cara untuk memberikan pengalaman yang berbeda bagi tamu-tamu yang tinggal di THE 1O1 Bali Fontana Seminyak,” kata General Manager, I Wayan Karta, Rabu 5 Maret 2025.

Ogoh-ogoh ini dikerjakan secara gotong royong mulai akhir Pebruari 2025. Pembuatanya, diawali dengan membuat sket untuk memudahkan dalam mengerjakan. Mereka membuat karya seni itu secara bergantian. Masing-masing membagi tugas dalam membuat bagian-bagiannya.

BACA JUGA:  Jimbaran Culture Festival: Dimeriahkan Budaya Mage Gebog dan Lomba Ogoh-ogoh

Ada yang bertugas membuat badan, tangan, kaki hingga kepala yang paling rumit karena diikuti membentuk wajahnya. Setalah masing-masing terbentuk, kemudian digabungkan menjadi satu karya seni yang utuh. Hal itu dilakukan dan dibentuk secara bersama-sama.

Aktivitas mereka mendapat apresiai dari setiap tamu yang menyaksikan karya seni itu. “Kegiatan ini juga sebagai upaya memupuk rasa kebersamaan, menciptakan kebersamaan, meningkatkan kreativitas serta upaya untuk melestarikan seni budaya Bali,” papar Karta senang.

Pembuatan ogon-ogoh ini selalu dikerjkan sendiri dengan menyesuatikan tema yang telah ditentukan sebelumnya. “Bahannya menggunakan alat-alat yang ramah lingkungan. Ini yang selali kami lakukan, sehingga tak pernah membeli ogoh-ogoh sejak 2017,” sebutnya.

Bahan yang digunakan adalah anyaman dari bahan bambu. Bentuk tubuh raksasa itu dibuat dari rangkan anyaman dari bahan bamboo dan sebagai kayu. Mula-mula melakukan ulat-ulatan (anyaman) lalu dibentuk dan dibungkus dengan kerta koran, sehingga ramah lingkungan.

BACA JUGA:  Fairfield by Marriott Bali Merayakan Warisan Kuliner Indonesia dengan Loka Rasa Rijsttafel

Tamu sangat senang menyaksikan ogoh-ogoh yang berdri tegaj di depan lobby hotel. Setiap tamu yang lewat meliriknya, bahkan menyaksikan secara serisu. Bahkan, mereka bertanya, sehingga ogoh-ogoh itu menjadi sebuah literasi untuk mengenalkan budaya kepada setiap tamu.

Ogoh-ogoh ini akan diarak pada saat Hari Raya Ngerupuk, sehari sebelum Nyepi. Pengarakan ogoh-gogh ini setelah upacara mecarau. “Kami selalu melakukan upacara Ngerupuk, seperti yang dilakukan oleh masyarakat Hindu di rumah-rumah, ada mecaru,” imbuhnya.

Sebelum, tamu diinformasikan akan ada pengarakan ogoh-ogoh di hotel. Bagi tamu yang ikut bergababung disiapkan kain dan selendang. “Pada Pengurupukan tahun lalu, banyak tamu yang ikut, dan kami berikan kain itu sebagai kenang-kenangan mereka di Bali,” ujarnya.

Pada saat Nyepi, para tamu diberikan pengenalan budaya Bali dengan membuat gebongan, ngulat klapat dan membuat tipat. Kegiatan ringan ini dilakukan dengan duduk untuk mengenalkan budaya Bali kepada tamu.

BACA JUGA:  Anak-anak Muda Merayakan Sastra dan Budaya Bali, Ketika Berjumpa di ARTOTEL Sanur

“Untuk bisa melakukan kegiatan ini, kami berikan tidak memungut bayaran. “Pada Nyepi tahun lalu, tamu-tamu lebih banyak yang memilih membuat gebogan. Hasil karya mereka kemudian dipajang di loby yang disaksikan oleh tamu-tamu hotel lainnya,” pungkas Karta. [ana]

Shares: