Profil

Empat Langkah Hadapi Low Season dan Kebijakan Efisiensi Pemerintah

MANGUPURA, balitourismnow.com – Pada quartal pertama, Januari, Pebruari dan Maret tahun 2025, banyak hotel di Bali mengalami penurunan okupansi. Hal itu diperkirakan akibat dari kombinasi low season dan kebijakan efisiensi pemerintah yang sangat berdampak pada sektor pariwisata.

“Kami sebagai hotelier harus tetap optimis dan adaptif menghadapi situasi ini. Situasi yang bisa dijadikan motivasi dan strategi untuk menghadapi tantangan ke depan,” kata Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restaurant Indonesia (PHRI) Badung, Gede Ricky Sukarta, Rabu 26 Maret 2025.

Gede Ricky Sukarta kemudian memaparkan dalam menghadapi tantangan ini, dirinya menawarkan empat langkah untuk tetap bisa bertahan, bahkan bisa meningkatkan kunjungan wisatawan.

Pertama, pengelola akomodasi mesti fokus pada market yang masih potensial. Meskipun ada penurunan dari market tertentu, misalnya government travel, namun bisa lebih agresif menggarap market lain.

BACA JUGA:  IHGMA Bali: Gerakan Ekonomi Bali dengan Menggunakan Produk Lokal

“Misal untuk market domestik leisure dan bleisure (business + leisure), kami menawarkan promo staycation, work-from-hotel, dan paket keluarga. Kami selalu memberikan pilihan kepada pata wisatawan untuk menjadi pertimbangannya,” ucap General Manager Villa Kayu Raja ini.

Lalu, untuk wisatawan Meeting, Incentive, Conference and Exhibition (MICE), memanfaatkan segmen corporate dan komunitas yang tetap membutuhkan venue. Untuk Digital Nomad & Long Stay, dengan mengoptimalkan penawaran bulanan dengan added value (laundry gratis, diskon F&B, dan lainnya).

Kedua, perkuat Online Visibility & Guest Engagement, yakni dengan mengoptimalkan Online Travel Agent (OTA) & Direct Booking dengan cara memperbaiki positioning, review harga kompetitor, dan manfaatkan promosi dari OTA.

Jangan lupa memperkuat Social Media & Content Marketing, dengan menggunakan storytelling dan promo unik untuk menarik perhatian calon tamu. Termasuk pula Guest Experience, yakni memastikan tamu datang mendapat pelayanan terbaik agar review positif meningkat.

BACA JUGA:  Vila Ilegal di Platform Agen Perjalanan: Percepat Alih Fungsi Lahan, Ciptakan Persaingan dan Perang Harga

Ketiga, Efisiensi Tanpa Mengorbankan Kualitas, artinya pengelola industry pariwisata mesti optimalkan tenaga kerja dan operasional yang disesuaikan dengan scheduling staf agar tetap efisien tanpa mengurangi standar layanan.

Energy-saving & Cost Control, juga diterapkan kebijakan hemat energi dan pengelolaan stok yang lebih ketat. Disamping itu, F&B Profitability menggunakan menu engineering untuk meningkatkan profit tanpa menaikkan harga berlebihan.

Keempat, Kolaborasi & Networking dengan melakukan join promotions. Caranya melakukan kerja sama dengan travel agents, komunitas, atau merchant lokal untuk promo bundling.

Selainh itu, lakukan Event & Thematic Promotions dengan menggelar event kecil di hotel (Sunday Brunch, Art Market, Live Music) untuk menarik pengunjung.

BACA JUGA:  Kunjungan Wisdom Menurun Dampak dari Efisiensi Anggaran, Pengelola Hotel Siap-siap Hemat Energy

Paling penting adalah, Sustainability & CSR Initiatives dengan menampilkan komitmen green hotel dan keterlibatan komunitas untuk daya tarik lebih.

“Ingat, low season adalah momen untuk menguatkan strategi, meningkatkan kualitas, dan memperkuat branding. Hotel yang bertahan di masa sulit akan lebih kuat saat high season datang,” papar Penasehat Bali Villa Association (BVA) Bali ini. [ana]

Shares: