Profil

Menjadikan Pariwisata Lebih Bermakna dan Bermanfaat bagi Masyarakat Bali!

DENPASAR, balitourismnow.com – Pelaku pariwisata Bali menyambut terobosan Gubernur Bali, Wayan Koster dalam mengatasi tantangan defisit anggaran untuk mempercepat pemerataan pembangunan infrastruktur dasar dan layanan publik melalui kebijakan “pajak pariwisata kaya bantu daerah miskin Bali”.

“Ini merupakan skema yang inovatif untuk pemerataan pembangunan antarwilayah di Pulau Dewata,” kata Praktisi Pariwisata dan Konsul Kehormatan Ukraina di Bali, Nyoman Astama, Minggu 20 April 2025.

Dana dari 10 persen realisasi Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT) sektor pariwisata di wilayah kaya, Badung, Gianyar, dan Denpasar dialokasikan sebagai bantuan keuangan khusus kepada enam wilayah yang membutuhkan.

“Kebijakan ini menyiratkan beberapa hal penting. Utamanya, pemerintah provinsi Bali menyadari bahwa pariwisata sangat penting sebagai lokomotif pembangunan dan perekonomian Bali,” papar praktisi pariwisata ini serius.

BACA JUGA:  Perkuat Pemanfaatan Produk Lokal! IHGMA Bali Dukung Standarisasi Produk Sesuai Pergub No. 99/ 2018

Menurutnya, upaya ini sebagai langkah nyata menjadikan pariwisata memberikan manfaat bagi pemangku kepentingan pariwisata Bali, yang selama ini pariwisata dinegasikan dari dampak yang terjadi.

“Dengan otoritas kebijakan yang dimiliki, pemerintah dapat menjadikan pariwisata lebih bermakna dan bermanfaat bagi kemaslahatan hidup masyarakat Bali,” tambah Nyoman Astama antusias.

Namun yang terpenting, skema ini juga menunjukkan kearifan lokal gotong royong bangsa Indonesia masih relevan dalam kehidupan modern sekarang ini dan sudah selayaknya mendapat dukungan dari semua pihak.

“Kami berharap agar pengalokasian dana secara proporsional dari pajak pariwisata kaya tersebut dapat direalisasikan secara transparan dan terukur kepada daerah miskin Bali. Terpenting adalah pengawasan hingga tingkat bawah,” imbuhnya.

BACA JUGA:  Pizza, Koktail, dan Sunset: Strategi Kuliner Terbaik dari FuramaXclusive Ocean Beach

Nyoman Astama menambahkan, ke depan mungkin suatu masukan bisa dijadikan kajian bagaimana skema gotong-royong seperti ini bisa dilakukan oleh desa atau daya tarik wisata yang memiliki keberuntungan mendapatkan pemasukan luar biasa dari para tamu yang berkunjung ke objek wisata tersebut.

“Desa, daya tarik wisata atau objek wisata yang beruntung, dengan pola bapak asuh, berkenan menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk membantu desa-desa lain di daerah terpencil dan pegunungan di Bali,” usulnya.

Utamakan membantu desa-desa yang mengalami kesulitan dalam menjaga dan mempertahankan aktivitas adat dan budayanya. Desa-desa terpencil tersebut juga merupakan salah satu penyangga utama taksu dan aura Bali yang menjadi daya tarik pariwisata Bali.

“Pola ini bisa menjadikan pariwisata Bali yang berbasis budaya dan alam akan benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Bali. Semoga pikiran, perkataan dan tindakan baik datang sari segala penjuru,” pungkas Nyoman Astama. [ana]

Shares: