DENPASAR, balitourismnow.com – Lomba layang-layang bertajuk Bali Kite Festival ke-47, tak hanya membuat para pemain layang-layang itu gembira, tetapi juga memikat para pengunjung pantai, utamanya para turis asing. Mereka tampak senang menyaksikan atraksi budaya lokal itu.
Pagi itu, langit biru di Pantai Padanggalak, Desa Kesiman, Kercamatan Denpasar Timur begitu semarak dengan layang-layang, permainan tradsional yang memanfaatkan angin. Warna-warni layangan dengan berbagai jenis dan ukuran menjadi daya tarik yang tak gampang ditemukan.
Bali Kite Festival ke-47 yang digelar pada 13-14 September 2025 resmi dibuka oleh Staf Ahli Gubernur Bali Bidang Ekonomi dan Keuangan, Dr. I Wayan Ekadina, mewakili Pemerintah Provinsi Bali. Ajang permainan ini melibatkan para pecinta layang-layang dari berbagai daerah.
“Bali Kite Festival bukan sekadar perlombaan, tetapi pelestarian nilai-nilai tradisional yang diwariskan secara turun-temurun. Festival ini menjadi wadah generasi muda untuk mencintai budaya dan juga peluang ekonomi masyarakat,” ujar Ekadina.
Ekadina menekankan pentingnya festival ini sebagai bentuk pelestarian budaya serta penggerak ekonomi kreatif lokal.
Tahun ini, Bali Kite Festival ke-47 menampilkan berbagai jenis layangan tradisional khas Bali, seperti: Janggan, Pecukan, Bebean, Layangan Kreasi, Bebean Klasik dan seri Big Size dengan ukuran lebar bentang sayap diatas 6 meter.
Ketua Panitia Bali Kite Festival ke-47, Wayan Sukarsa, mengungkapkan bahwa festival tahun ini melibatkan lebih dari 750 peserta dari berbagai komunitas layangan seluruh Bali.
“Antusiasme masyarakat luar biasa. Festival ini tidak hanya ajang kompetisi, tetapi juga sarana memperkuat solidaritas sosial dan mempromosikan pariwisata budaya Bali,” papar Sukarsa.
Festival ini juga dimeriahkan oleh pertunjukan seni tradisional, stand kuliner lokal, serta pameran kerajinan tangan. Masyarakat dan wisatawan domestik maupun mancanegara memadati area festival sejak pagi hari, menikmati layang-layang raksasa yang menari di angkasa.
Bali Kite Festival telah menjadi agenda budaya tahunan yang tidak hanya ditunggu masyarakat lokal, tetapi juga menjadi daya tarik wisata Bali yang unik.
“Dengan semangat “Ngayah, Ngrombo, Ngadegang Budaya”, festival ini terus menjaga warisan leluhur tetap hidup dan relevan di tengah modernitas,” ujar Sukarsa. [buda]


