MANGUPURA, balitourismnow.com – Jika ingin mewujudkan pariwisata berkelanjutan, Bali harus mengurangi ketergantungan terhadap impor produk pertanian. Baik itu beras, kopi, alpokat dan lainnya. Industri sudah semestinya ikut meningkatkan produksi pertanian local.
“Dengan begitu, Bali akan dapat lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangan,” kata Bendahara Koperasi Bhakti Petani Mandiri, Gede Suniada yang mewakili Ketua saat bertemu dengan tokoh ahli dipelopori Ketua Perhimpunan Hotel dan Restaurant Indonesia (PHRI) Badung, IGAN Rai Suryawijaya, SE,MBA di Media Saren Center Dalung, Senin 27 Januari 2025.
Selain Rai Suryawijaya yang juga Penasehat Koperasi Pemasaran Bhakti Mandriri itu, acara juga dihadiri oleh para ahli pertanian, ekonomi, dan pariwisata, seperti Prof. I Made Supartha Utama, Dr. Sadguna, Dr I Nyoman Sudiarta, S.Par, M.Par, Prof. Suryadarma serta 15 tokoh lainnya.
Pada pertemuan itu, Suniada memaparkan berbagai upaya untuk dapat mendorong pemanfaatan produk lokal di industri. “Pertemuan ini, untuk menyepakati langkah strategis dalam mendukung kemajuan sektor pertanian Bali dan kesejahteraan petani lokal,” terang Suniada serius.
Peran Koperasi Pemasaran Bhakti Petani Mandiri ini sebagai wadah penyaluran hasil pertanian, serta memiliki peran penting dalam menjembatani antara petani dengan pasar, terutama di sektor pariwisata.
“Karena itu, Yayasan Bhakti Petani Nusantara dan Koperasi Pemasaran Bhakti Petani Mandiri mengajak pengusaha, pelaku pariwisata, serta hotel dan restoran di Bali untuk bergabung dalam koperasi ini,” ajaknya.
Ketua Yayasan Bhakti Petani Nusantara, Gede Suarsa mengatakan, kerjasama ini penting dalam upaya untuk menciptakan ketahanan pangan, mengurangi ketergantungan pada impor, dan mengedepankan produk lokal Bali dalam sektor pariwisata.
“Melalui kerja sama yang erat ini, semoga Bali bisa menjadi lebih mandiri serta contoh daerah yang mengedepankan keberlanjutan dan penguatan ekonomi lokal,” harap Gede Suarsa yang juga mantan pekerja pariwisata puluhan tahun itu.
Gede Suarsa menegaskan, bergabungnya antara Yayasan Bhakti Petani Nusantara dan Ketua Koperasi Pemasaran Bhakti Petani Mandiri untuk bersama-sama mendukung penggunaan produk pertanian lokal serta mendukung ketahanan pangan dan pariwisata Bali.
Sementara Rai Suryawijaya menyatakan, sangat mendukung penggunaan hasil pertanian lokal untuk hotel dan restaurant di Bali. Termasuk mendukung kerjasama antara pelaku pariwisata dengan Yayasan Bhakti Petani Nusantara dan Ketua Koperasi Pemasaran Bhakti Petani Mandiri.
Melalui kerjasama ini, diharapkan produk lokal tidak hanya mendapatkan pasar yang lebih luas, tetapi juga turut berkontribusi pada penguatan sektor pertanian Bali. “Sinergi antara sektor pertanian dan pariwisata dapat membawa dampak positif bagi perekonomian Bali,” ucapnya.

Para tokoh lainnya, kemudian berkomitmen memperkuat sektor pertanian Bali, Koperasi Pemasaran Bhakti Petani Mandiri dan Yayasan Bhakti Petani Nusantara yang berupaya mengoptimalkan potensi lokal melalui kolaborasi antara petani, koperasi, dan industri pariwisata.
Salah satunya, Dr. Sudiarta yang mendukung, koperasi untuk mendistribusikan produk pertanian lokal Bali, seperti sayur dan buah ke hotel dan restoran di Bali. “Melalui koperasi, hasil pertanian yang dikelola dengan baik dapat mencapai konsumen lebih luas, khususnya di sektor perhotelan dan kuliner,” ungkapnya.
Dr. Sudiarta lalu mencontohkan, hotel-hotel di China telah sukses menyajikan produk pertanian lokal mereka, seperti ubi biaung, ubi rambat, dan jagung. “Hal ini menjadi inspirasi bagi Bali untuk mengutamakan penggunaan produk lokal dalam menu restoran dan hotel,” akunya polos.
Dalam pertemuan tersebut, kemudian menyepakati 4 langkah dalam mendukung penggunaan produk pertanian local berkwalitas, yaitu :
1. Pemanfaatan Lahan Terbengkalai: Membantu petani untuk mengoptimalkan lahan yang terbengkalai agar dapat kembali produktif dan mendukung ketahanan pangan.
2. Pembinaan dan Penguatan Kualitas Petani: Pembinaan kepada petani untuk menjaga kualitas produk serta memastikan adanya kontinuitas supply dan demand. Kegagalan sering terjadi akibat ketidaksesuaian keduanya.
3. Diversifikasi Usaha: Koperasi BPM mendorong para petani untuk melakukan diversifikasi produk pertanian, seperti menanam berbagai jenis tanaman pada lahan yang sama, atau mengkombinasikan kebun dengan ternak.
4. Penerapan Prinsip Hukum Pasar 3K (Kuantitas, Kualitas, Kontinuitas): Agar produk pertanian lokal Bali dapat bersaing dan diterima oleh pasar, koperasi akan memastikan ketiga prinsip ini diterapkan dalam setiap transaksi. [ana]