Hotel

Sajikan Alam dan Budaya Bali, ASITA Bali Siap Promosikan ARMA Museum & Resort

GIANYAR, balitourismnow.com – Terpesona dan kagum. Itulah yang dirasakan oleh para anggota Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Bali ketika melakukan gathering dan dinner di ARMA Museum & Resort, Jumat 11 April 2025.

ASITA yang bertugas untuk memajukan sektor pariwisata itu, mengunjungi Museum ARMA, menyaksikan berbagai karya seni utamanya seni lukis yang menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Karya-karya maestro atau seniman muda dipajang di sini.

Selanjutnya, menyempatkan untuk melihat berbagai faslitas resort, mulai dari mengunjungi kamar dengan berbagai tipe, villa serta fasilitas lainnya. Kemudian mengikuti dinner di Wantilan Water Garden yang ada diantara sawah, sungai dan hutan tropis yang sangat damai.

Malam itu, peserta dikejutkan dengan suara kodok, belalang, burung, serta binatang sawah lainnya. Air gemericik menjadikan suasana lebih dekat dengan alam. Belum lagi pertunjukan seni tradisional yang disajikan dengan natural, indah dan memikat.

BACA JUGA:  ‘Sunset BBQ Night’: Sajian All You Can Eat di HARRIS Hotel Sunset Road Bali, Setiap Jumat

Seluruh peserta yang hadir, termasuk tamu disajikan pertunjukan legong yang dibawakan oleh Sekaa Gong Yamasari Peliatan, Ubud, Gianyar. Tamu mulanya disambut dengan Tari Puspa Raga, Tari Baris, Legong Keraton, selanjutnya ditutup dengan sajian Tari Oleg Tamulilingan.

“Hotel ARMA benar-benar menyajikan alam yang natural dan budaya Bali,” kata Wakil Ketua Bidang Destinasi ASITA Bali, I Wayan Subrata malam itu.

ARMA Museum & Resort sudah lama berdiri, yakni sekitar tahun 1982 dengan nama Puri Indah, lalu berubah menjadi Kokokan, dan setelah 2002 menjadi ARMA Museum & Resort.

ARMA Museum & Resort mempunyai produk yang sangat bagus. Ada kegiatan workshop, ada offering making, belajar mengukir, bahkan ada culture show yang sangat menawan. “Saya dan company pribadi pernah support hotel ini melalui culture dinner,” ucapnya.

BACA JUGA:  Sanctoo Suites & Villas ‘Mepatung’ Menyambut Hari Raya Galungan & Kuningan

Selain itu, kegiatan workshop juga pernah dipakai, bahkan sering karena memang disukai oleh para tamu. Melalui kegiatan ini, tamu dapat merasakan sebagai orang Bali dalam beraktivitas budaya.

I Wayan Subrata menegaskan, setiap hari dan setiap bulan banyak sekali bermunculan property di Ubud yang menawarkan produk baru dan bagus, sehingga mereka ingin mencobanya.

“Maka, secara otomatis, tamu-tamu itu akan mencoba produk yang baru. Nah, mudah-mudahan dengan hadirnya ASITA berjumlah 65 anggota dengan 50 kompeni ini tetap bisa membantu dalam mempromosikan ARMA Museum & Resort ini,” harapnya.

ASITA Bali gathering di ARMA Museum & Resort/Foto: ana

ASITA itu memiliki 11 divisi market. “Kalau ARMA Museum & Resort dengan atmosfirnya seperti ini maka sangat tepat dengan market Eropa, karena market ini memang mencari property seperti ini,” imbuhnya.

BACA JUGA:  ARMA Fest 2024 Angkat Tema ‘Tradition Reimagined’

Dengan kondisi pariwisata Bali saat ini yang tidak baik-baik saja, banyak hotel yang sudah mengecek ke agent, kalau bokingan tahun ini memang masih sangat slow sekali. “Kalau dibandingkan dengan tahun lalu, sangat jauh sekali penurunannya,” ungkapnya.

Walau ada yang mengatakan kunjungan saat ini naik, tetapi itu karena campur aduk dengan kegiatan mudik. “Kalau ada kenaikan, kondisi hotel pasti penuh, transport banyak job, tetapi sekarang kondisinya sebaliknya. Banyak transport yang masih nggangur saat ini,” ujarnya.

Walau demikian, Subrata mengaku masih tetap optimis dengan terus bergerak untuk mencari market baru yang menjanjikan. Misalnya, market India dan Australia yang dari segi kuantitas masih cukup bagus. Biasanya market Eropa mulai Juli, Agustus, September ini high season di Bali,” sebutnya.

Sementara Acting Operasional Manager, I Wayan Narka mengatakan, ARMA Museum & Resort memiliki 36 kamar, dan 8 villa, sehingga total ada 44 kamar. Tamu yang menginap di hotel akan mendapat benefit free visit ke ARMA Museum.

BACA JUGA:  X’mas in Tropics dan Balinese Barbeque: Merayakan Liburan Natal Unik di Four Points by Sheraton Bali Seminyak

“Selain itu, kami juga memiliki reguler performance setiap hari di panggung terbuka ARMA. Acata ini akan menjadi ajang untuk mengenal seni budaya yang sudah menjadi kebiasaan di Bali,” ucapnya

Menurutnya, performance yang paling menonjol adalah sajian kesenian kecak yang memiliki revenue paling bagus. Namun, performance yang paling disenangi adalah Tari Sanghyang Sampat yang tidak ada di tempat lain.

Tari Sanghyang Jaran juga ramai peminatnya. Tarian ini dipadu dengan pertunjukan kesenian Cak. “Sanghyang Jaran dikombinasikan dengan bermain api yang sangat menarik. Sajian yang tak kalah menariknya lagi, adalah Legong Lasem gaya Peliatan,” paparnya.

“Kami berharap, anggota ASITA Bali dapat mensupport resort ini, dan food & beverage juga. Termasuk, kegiatan workshop dengan beragam jenis, ada wood carving, painting, menari, dan lainnya,” harap I Wayan Narka.

BACA JUGA:  ‘Balinese Night Buffet’: Cita Rasa Bali Setiap Kamis di Fairfield by Marriott Bali, South Kuta

I Wayan Narka kemudian berharap, kegiatan gathering ini dapat memperkenalkan kembali ARMA Museum & Resort dengan view persawahan, sungai, hutan tropis dan budaya tradisional yang semua itu menggambarkan Bali secara utuh, karena semuanya ada di sini.

“Kami ada moment memperkenalkan diri untuk bisa lebih unggul, karena ARMA Resort yang mempunyai kelebihan, seperti museum. Ini yang membuat resor ini tidak ada duanya di Bali, bahkan di Indonesia. Museum berbadu dengan hotel,” ungkapnya.

ARMA Resort mempunyai sungai, sawah, sehingga tamu bisa melihat aktivitas petani. “Kami bisa mempresentasikan bahwa nasi yang dimakan itu asalnya dari pohon padi yang ada di sawah itu. Artinya, kegiatan petani dari awal membajak, menanam padi hingga panen bisa disaksikan disini,” sebutnya senang.

Pendiri ARMA, Anak Agung Gde Rai mengaku bersyukur karena keluarga besar ASITA Bali telah mengajak anggotanya berkunjung ke ARMA Museum & Resort. Apalagi juga dihadiri Konsul Kehormatan Ukraina, I Nyoman Astama, sehingga ini menjadi moment yang sangat penting untuk memperkenalkan ARMA lebih luas.

BACA JUGA:  Lebih dari Sekadar Menginap: Nikmati Panorama Samudra dari Suite di FuramaXclusive Seminyak

“Inilah ARMA Museum & Resort yang masih menjaga keharmonisan dengan alam. Sumber air masih terjaga, di atasnya ada kuburan Cina dan Pura Khayangan Tiga. Para tamu dapat mendengarkan suara alam, seperti gemericik air, suara kodok sebagai healing,” ujarnya.

Agung Rai kemudian menceritakan kisah ia mendirikan museum ARMA pada tahun 1978 yang diawali dengan menjual lukisan di Kota Denpasar dan Kuta dengan berjalan kaki. Ia meminjam lukisan, kemudian dijajakan ke kawasan Kuta. “Saya biasa berjalan kaki sambil menggendong lukisan,” ceritanya. [ana]

Shares: