Art & Culture

Dibuka Besok, 9 Perupa Pamerkan ‘Reflection’ di Santrian Art Gallery Sanur

DENPASAR, balitourismnow.com – Pameran seni rupa bertajuk “Reflection” akan meramaikan Santrian Art Gallery, Sanur mulai Jumat 9 Mei 2025 (besok). Khusus untuk pemeran kali ini, Santrian Art Gallery berkolaborasi dengan Jago Tarung Yogyakarta.

Pemeran rencana dibuka oleh Winnie Yamashita Rolindrawan (pengacara & pecinta seni) mulai pukul 18.00 WITA. Gallery yang berada di area Griya Santrian a Beach Resort & Spa akan menampilkan sebanyak 9 perupa yang telah memiliki karya-karya kreatif.

“Pameran seni rupa “Reflection” ini akan berlangsung selama 2 (dua) bulan ini, dan akan ditutup dengan program peluncuran (launching) buku berjudul sama dengan tema pameran ini,” kata I Made “Dolar” Astawa, petugas Santrian Art Gallery, Kamis 8 Mei 2025.

Para perupa yang pemeran itu, yaitu A. Priyanto ‘Omplong’, Agung ‘Pekik’ Hanafi Purboaji, Dedy Sufriadi 8. Robi Fathoni, Deskhairi, Yudi Sulistyo, Hayatuddin, Hono Sun, Riki Antoni, Robi Fathoni dan Yudi Sulistyo. Pameran ini dikuratori oleh Dedi Yuniarto.

BACA JUGA:  Blind in Paradise: Kritik Oto-Kritik Seniman Tabanan atas Bali di Persimpangan

“Kami mempersiapkan materi pameran dengan tema besar “reflection” (refleksi) ini sejak akhir tahun 2021. Adapun, refleksi yang kami maksudkan mencakup dua hal utama; pertama, refleksi dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri atau intrapersonal,” kata A. Priyanto ‘Omplong.

A. Priyanto ‘Omplong mengatakan, dipahami sebagai kehidupan yang dibimbing melalui olah refleksi menyadari sepenuhnya dan fokus akan di mana dan bagaimana diri kita saat ini (hic et nunc atau here and now).

Menjalani hidup sepenuhnya, atau disebut mindfulness, yang dipraktikkan dengan cara hadir dan menyadari apa yang dilakukan. Maka terwujudlah pameran “Hic et Nunc / Here and Now” pada tanggal 4 Oktober – 4 November 2023 di Bottega & Artisan, Alam Sutera-Tangerang.

“Sementara materi yang kami sajikan di Santrian Art Gallery ini, merupakan ide refleksi yang kedua, yakni dalam hubungan manusia dengan alam dan lingkungannya. Pameran ini kami beri tajuk Reflection,” tegasnya.

BACA JUGA:  Legong Gaya Peliatan Tampil di Paris Expo Tahun 1931, Promosi Bali di Luar Negeri

Tidak ada satu kata yang secara spesifik dapat menjelaskan makna dalam konteks ini. “Maka kami merangkai tiga kata, yakni: “cerminan”, “lantunan” (dialektika), dan “pemikiran”, yang ketiganya saling melengkapi,” imbuhnya.

Menurutnya, manusia adalah cerminan dari eksistensi alam itu sendiri, sebab dari 118 elemen di bumi, sebanyak 21 elemen diantaranya terkandung di dalam tubuh manusia. Alam tidak semata material sebab di dalamnya terkandung aspek-aspek spiritual.

Selama tubuh material manusia berinteraksi dengan tanah, air, udara, dan matahari, selama itu pula jiwa manusia mengalir meresapi alam semesta. Hilangnya nilai-nilai spiritual dan ilahiah pada diri manusia, berarti hilang pula hakikat alam semesta.

“Hilang pula makna filosofis dan religius dari diri manusia dalam menjaga keseimbangan dialektis (lantunan) antara dirinya, Tuhan, dan alam semesta. Maka, muncul berbagai pemikiran (diskursus) dalam rangka manusia menghayati keberadaannya di tengah-tengah alam semesta itu,” paparnya. [ana]

Shares: