TABANAN, balitourismnow.com – Jangan hanya ngomong pariwisata berkelanjutan jika tidak melakukan aksi nyata. Lihatlah yang dilakukan oleh Yayasan Bhakti Petani Nusantara yang memperkenalkan budidaya kopi robusta Pupuan melalui “Internship Program”.
Melalui “Internship”, program Bali – Germany yaitu sebuah jalinan program antara siswa atau pemuda di German dengan Bali Indonesia dalam memperkenalkan pariwisata, budaya, pertanian dan lingkungan di Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, Bali kepada tamu.
Program Internship merupakan kerja sama Yayasan Bhakti Petani Nusantara dengan Kopi Bali 88, Kaffkao International Trading, UD Gunung Sari dan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Robusta Pupuan untuk mempromosikan budaya dan produk local.
“Internship program ini berlangsung selama 1 bulan, bentuk promosi pertanian Bali dalam konteks pariwisata berkelanjutan berfokus pada pengembangan wisata yang ramah lingkungan,” kata Ketua Yayasan Bhakti Petani Nusantara, Gede Suarsa, Senin 5 Mei 2025.
Termasuk pengembangan wisata yang menghargai budaya lokal, dan mendukung perekonomian masyarakat setempat. Ini termasuk pengembangan ekowisata dan wisata berbasis komunitas yang memadukan sektor pertanian dan pariwisata.
Suarsa menjelaskan, salah satu program Internship tersebut, yakni mengajak para peserta mengenal kopi robusta asli Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, Bali. Selama 2 hari, mereka menyaksikan dan belajar cara para petani di desa itu untuk membudidayakan kopi robusta.

Para tamu dikenalkan, aktivitas petani kopi mulai dari budidaya, pasca panen hingga proses akhir, yakni sebuah proses produksi kopi dari hulu hingga hilir. Mulai dari proses harvest, proses, drying, dan brewing.
Para peserta asing itu, diajak melihat dan merasakan bagaimana konsep Tri Hita Karana, sebuah kearipan local yang menjaga hubungan harmonis dengan sesama, alam dan Tuhan. Semua itu, diimplementasikan oleh pata petani di Desa Pujungan yang asri itu.
Masyarakat setempat masih menjaga budaya warisan leluhurnya, areal desa dengan hutan masih lestari, kebun kopi tetap terjaga dengan baik dari dulu hingga saat ini, sumber mata air terjaga dan pelestarian seni dan budaya yang masih terjaga dengan baik.
Peserta yang merupakan wisatawan asing itu mengikuti program tersebut dengan baik. Mereka sangat senang dengan suasana desa yang masih asri. Apalagi, ketika diajak memetik kopi merah, mereka tampak senang dan menikmatinya.
Beberapa dari mereka secara bergiliran merasakan agitasi, yakni proses membalik biji kopi yang sedang dikeringkan dengan cara dijemur. Membalikan biji kopi ini, untuk meningkatkan sirkulasi udara di antara biji kopi, sehingga kadar air dapat berkurang secara merata.
Mereka kemudian mengikuti proses pembuatan kopi menjadi serbuk, pembukusan hingga mencoba merasakan kenikmatan kopi secara langsung. Mereka minum kopi di sebuah tempat dengan suasana alam yang damai dan tenang.
Para tamu juga diajak keliling desa mengunjung daya tarik yang ada, seperti air terjun. “Program ini mengajak pata tamu untuk melakukan akttivitas masyarakat setempat. Termasuk sembahyang memohon hasil kopi yang melimpah, dan juga menjadi bagian dari konsep Tri Hita Karana,” terang Suarsa. [ana]


